Penanaman Nilai Budi Pekerti
Oleh : Ibu Agnes Budi H
Melihat realita kehidupan sekarang, baik lewat media massa dan kesaksian orang-orang, kriminalitas merajalela, bencana alam dimana-mana dan tidak sedikit orang berusaha menyudahi hidupnya. Kenyataan ini menjadi pemikiran para ahli pendidikan. Hal ini terbukti bahwa dalam rapor yang sekarang tercantum penilaian tentang budi pekerti. Mengapa komponen budi pekerti dimunculkan kembali? Mari kita bersama-sama mencari jawabnya.
Ada banyak ahli berpendapat, namun dapat kita artikan bahwa budi pekerti sebagai “nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam kehidupan nyata”. Kata budi sering diartikan nalar, pikiran atau akal (yang membedakan dengan makhluk lain). Dengan nalar orang berpekerti (berkehendak baik). Sehingga pelajaran budi pekerti menjadi pelajaran tentang etika hidup bersama (bertindak baik) yang berdasarkan nalar, ada unsur kesadaran dan melaksanakan kesadaran tersebut.
Dalam bertindak baik ada 5 (lima) perilaku, yakni : 1) perilaku dalam berhubungan dengan Tuhan, 2) perilaku dalam berhubungan dengan diri sendiri, 3). perilaku dalam berhubungan dengan keluarga, 4) perilaku dalam berhubungan dengan masyarakat dan bangsa, dan 5) perilaku dalam berhubungan dengan alam sekitar.
Nilai budi pekerti
Perilaku atau sikap menjadi dasar bertindak dan tindakan menjadi ungkapan sikap tersebut. Beberapa perilaku tersebut antara lain :
a.Perilaku terhadap Tuhan, yaitu lewat penghayatan iman, kita diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta. Misalnya, bersikap baik kepada semua ciptaanNya, dan bersyukur kepada Tuhan.
b.Perilaku terhadap seasama manusia (baik dalam keluarga dan masyarakat). Hal ini dapat ditinjau dari beberapa sikap yaitu.
1.Penghargaan terhadap manusia, bahwa masing-masing pribadi memiliki nilai yang tidak boleh direndahkan, justru harus dikembangkan.
2.Penghargaan terhadap perempuan (gender), agar perempuan tidak didiskriminasikan terhadap laki-laki. Laki-laki dan perempuan diciptakan sederajad dan memiliki nilai sama dihadapan Tuhan
3.Menghargai pendapat orang lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda, artinya memanusiakan manusia, lebih-lebih didalam kehidupan demokratis
4.Sikap tenggang rasa, berlaku adail, suka mengabdi, ramah, setia, sopan dan tepat janji. Sikap ini membantu orang dlam berhubungan (relasi) dengan orang lain atau hidup bersama
5.Penghormatan terkadap seksualitas dan hidup berkeluarga, agar orang menghargai dan menggunakan seksualitas secara benar, tidak untuk pelecehan
6.Sikap berbangsa dan cinta tanah air, ditunjukkan dengan ikut membangun bangsa dan taat pada hukum yang berlaku.
7.NIlai adat dan aturan sopan santun. Nilai sopan santun memang sikap yang tidak berlaku umum karena lebih ditentukan oleh daerah atau adat masing-masing. Misalnya, di Jawa sebetulnya budaya Jawa kalau dilaksanakan dengan baik sudah mengandung unsur sopan santun yang benar dan memiliki nilai falsafah tinggi.
c.Perilaku terhadap diri sendiri, dapat ditinjau dari beberapa contoh. 1). Sikap jujur (terbuka), karena ketidakjujuran merupakan biangnya segala korupsi. 2). Sikap pengembangan pribadi, seperti disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, bila dierapkan dengan baik akan menunjang penyempurnaan diri serta memnatu orang dalam bekerja sama dengan orang lain. 3). Daya juang untuk melawan budaya instant dan penguasaan diri terhadap narkoba. Hal ini karena merupakan tantangan jaman sekarang. 4). Kebebasan dan tanggung jawab. Sikap khas manusia senagai pribadi adalah punya kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap ungkapnnya. Kita diajak bertanggung jawab terhadap tindakan kita dan tidak lari dari tanggung jawab itu.
d.Perilaku terhadap alam
Alam diciptakan untuk digunakan oleh manusia agar hidup bahagia, maka penggunaan alam hanya untuk diri sendiri tidak dibenarkan. Kita diajak untuk menjag alingkungan alam agar tetap lestari.
Dari uraian diatan jelas bahwa penanaman nilai budi pekerti sama dengan penanaman nilai moralitas manusia. Apabila semua orang tua dan pendidik sadar akan nilai-nilai busi pekerti, dan berusaha menanamkannya pada anak atau siswa, maka era globalisasi akan dilalui dengan baik.
Namun dalam keprihatinan kita, seiring dengan kemajuan IPTEK membawa anak-anak meninggalkan nilai-nilai luhur budi pekerti. Hal itu merupakan tantangan bagi orang tua dan pendidik untuk berusaha menyeimbangkan kemajuan tersebut dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti.
Dalam dunia pendidikan diharapkan semua pendidik dengan dimensi ilmunya masing-masing diharapkan juga memasukan nilai-nilai budi bekerti tersebut.
Dengan demikian sampai kapanpun sebetulnya penanaman nilai-nilai budi pekerti tetap harus ditanamkan pad anak agar dalam berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam dapat mendamaikan dunia(**)
kebijaksanaan Perlukah ( ? )
Ketika Kebijaksanaan Mulai Ditinggalkan
0leh :Ibu Agnes Budi Hardiyanti
Melihat fenomena kehidupan jaman sekarang sungguh jauh berbeda dengan jaman dulu. Hubungan antar masyarakat jaman dulu dapat dikatakan sangat erat dan saling menghormati. Namun seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia berlomba-lomba untuk memiliki “hal baru” tersebut sehingga manusia cenderung egois, gengsi gede-gedean terjadi dan banyak yang melupakan tradisi hubungan antar masyarakat. Dampaknyapun bisa ditebak, kerenggangan hubungan antar masyarakat terjadi, konflik muncul disana-sini.
Dengan demikian, kebijaksanaan yang dulu memegang peranan pentingpun semakin ditinggalkan. Manusia menjadi lemah secara mental dan selalu inging yang instan dan serba praktis. Maka, manusiapun berani menempuh segala cara demi meraih apa yang diinginkan. Contohnya :
Terjadi pembunuhan gara-gara uang Rp. 1.000,00 untuk beli jajan.
Seandainya orang itu berpikir secara bijak dan dewasa, maka hal itu tidak akan terjadi. Ia akan berpikir mengapa tidak diberi uang. Mungkin karena memang tidak ada atau dalam rangka mendidik dan sebagainya.
Untuk supaya dapat lulus UN, para siswa menempuh jalan pintas dengan meninggalkan nilai moral, nilai pelajaran dan nilai kebijaksanaan. Dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Pengertian Bijaksana
Seorang calon pastor (Fr. Deddy Pr) mengatakan bahwa kebijaksanaan adalah kemampuan manusia menemukan visi hidup untuk diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijaksanaan adalah kepandaian dan kecermatan seseorang dalam bertindak saat menghadapi sesuatu kesulitan atau masalah. Kebijaksanaan juga berarti kepandaian seseorang dalam memakai dan mengolah akal budi. Dengan demikian orang butuh kepandaian sendiri untuk bijaksana.
Kepandaian (pengetahuan) tentu saja berbeda dengan kebijaksanaan. Maka dapat dikatakan orang pandai belum tentu bijaksana. Agar lebih jelas ada contoh singkat : kepandaian kita mengatakan bahwa hari akan segera hujan, lalu kebijaksanaan kita untuk segera mencari tempat untuk berteduh. Dari uraian diatas dapat diambil sebuah pengertian kebijaksanaan yaitu kesimpulan-kesimpulan yang bisa diambil seseorang dari pengetahuan dan pengalamannya dimasa lalu.
Kebijaksanaan Menurut Kitab Suci
Dalam Matius 25 : 1-13, bercerita tentang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh. Ada ulasan dari John Bevere dalam bukunya yang berjudul “Hati yang Berkobar”.
Kerajaan surga diibaratkan sepuluh gadis pembawa pelita dan keluar untuk menyambut mempelai laki-laki yaitu Yesus. Sepuluh gadis pembawa pelita menyatakan terang, mereka mewakili orang-orang yang menerima anugerah hidup kekal.
Sepuluh gadis tersebut, lima diantaranya bijaksana dan lima lainnya bodoh. Lima gadis yang bodoh hanya mempunyai pelita saja, sedang lima gadis bijaksana mempunyai pelita dan botol berisi minyak. Tengah malam mempelai laki-laki dating dan para gadis menyambutnya. Namun, pelita lima gadis bodoh hampir padam, mereka meminta minyak pada lima gadis bijaksana, namun mereka tidak memberinya karena takut tidak cukup. Mereka menyarankan agar lima gadis bodoh membeli minyak. Nah kata “Membeli” inilah tersirat inti dari bacaan injil tersebut yaitu kebijaksanaan lima gadis bijaksana.
Gadis yang bodoh hanya mengeluarkan sedikit uang untuk membeli pelitasaja, sedang gadis yang bijaksana mengeluarkan semua uang yang dimilikinya untuk membeli pelita lengkap dengan minyak cadangannya. Perbedaannya adalah bahwa gadis yang bijaksana memberikan seluruh hidup mereka dan gadis yang bodoh hanya memberikan apa yang mereka piker untuk diselamatkan. Pada tengah malam pelita lima gadis bodoh tidak tahan lagi dan mati, mereka lalu pergi untuk membeli minyak. Sementara mereka membeli minyak datanglah mempelai laki-laki. Gadis yang bijaksana siap menyambutnya dan masuk kedalam ruang perjamuan kawin dan pintu ditutup. Maka tertutup jugalah peluang lima gadis lainnya untuk diselamatkan.
KEBIJAKSANAAN UNTUK SAAT INI
Apakah untuk saat ini kebijaksanaan masih diperlukan ? Jika dilihat dari kasus kitab suci tadi, jawabannya adalah : “YA, ITU SANGAT DIBUTUHKAN !”, karena justru dengan itulah manusia bisa diselamatkan. Tapi jika melihat kondisi sekarang masihkah kebijaksanaan itu dibutuhkan ? Jika jawabannya “YA”, lalu mengapa masih banyak kasus yang mengorbankan hak dan kebebasan orang lain ? Seperti contoh pembunuhan, pemerkosaan, pembuangan bayi dan sebagainya. Banyak sekali peristiwa kejahatan yang terjadi lantaran sipelaku bertindak sangat tidak bijaksana.
Jika keadaan ini terus berlanjut dan tidak ada lagi kebijaksanaan dalam masyarakat, entah bagaimana jadinya dunia ini. Martabat manusia sebagai makhluk hidup semakin direndahkan karena HAM tidak lagi diperdulikan. Siapa yang salah ? Tidak ada yang salah, hanya kemampuan manusia untuk menggunakan akal budinya tidak digunakan dengan baik. Banyak orang yang tidak mendengarkan suara hatinya, tidak mengindahkan kepentingan orang lain dalam berbuat.
Makayang dapat kita perbuat adalah bagaimana kita bersikap bijaksana, tergantung dari persepsi masing-masing pribadi. Kemajuan teknologi hendaknya menjadi faktor pendukung untuk mempererat hubungan antar masyarakat. Nah, sekarang tergantung dari pribadi masing-masing. Bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi sebaik mungkin, sesuai dengan maksud benda itu diciptakan. Namun kita juga tidak boleh melupakan kebijaksanaan, sehingga tidak ada penyalahgunaan teknologi canggih itu.
Dengan demikian kebijaksanaan bukan untuk mempersulit kita, tapi mempermudah. Memang kebijaksanaan jauh lebih sulit daripada sekedar pengetahuan, namun apa yang kita dapatkan dan bagaimana hasilnya akan sangat berguna serta membuat hidup kita menjadi tenang dan bahagia. Coba bayangkan perasaan lima gadis bodoh, ketika mereka menyadari kesalahan mereka. Hanya karena hal yang sepele mereka tidak disertakan dalam karya penyelamatan Kristus. Mereka sangat kecewa karena melupakan satu hal penting, KEBIJAKSANAAN. Jadi marilah kita instripeksi diri, seberapa penting peranan kebijaksanaan dalam kehidupan kita ? (**)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.