Senin, 15 Desember 2008

RESENSI BUKU

Menjadi guru yang peneliti

oleh : Thomas Sutasman


Permasalahan pendidikan dan pengajaran di sekolah sangatlah kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, perlu segera dimulai proses pembaharuan dan pengembangannya. Salah satu caranya adalah mulai dari kelas, yang tentunya dilakukan oleh pelaku pendidikan itu sendiri, yakni guru dan kepala sekolah, dengan cara melakukan penelitian tindakan.
Kehadiran buku Riset Tindakan Untuk Pendidik, karya Paul Suparno (Jakarta, Grasindo:2007), bisa menjadi salah satu acuan untuk melakukannya. Dimana, guru seyogyanya bisa melakukan penelitian tindakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Dijelaskan dalam buku tersebut bahwa riset tindakan masuk ke dunia pendidikan awal tahun 1970-an, bertepatan dengan gerakan guru sebagai peneliti-teacher-researcher di Inggris. Guru diajak melakukan penelitian sambil mengajar di kelas. Guru diajak berefleksi kritis dan sistematis tentang praktik mengajar, sehingga dapat membangun teori kurikulum sendiri. Guru harus menjadi ahli dalam bidangnya lewat peneliian tindakannya sendiri (hal 11).
Dasar filsafatnya yang diberikan oleh Gramsci bahwa setiap orang adalah intelektual dan filsuf. Artinya, setiap orang mampu berpikir, berefleksi, melakukan penelitian kritis, demi memajukan hidup mereka sendiri.
Riset tindakan adalah riset yang dilakukan oleh seseorang yang sedang praktik dalam suatu pekerjaan, yang digunakan dalam pengembangan pekerjaan itu sendiri (hal 5).
Dalam lingkup pendidikan, riset tindakan dimengerti sebagai proses sistematis untuk mengetes ide atau gagasan baru di kelas, kemudian menganalisis akibatnya, dan akhirnya mengambil keputusan untuk pelaksanaan ide baru itu seterusnya. Biasanya ide baru tersebut berupa model pembelajaran yang baru, cara pendekatan yang baru, atau teori pembelajaran yang baru. Dan yang menarik, penelitian itu dilakukan oleh guru itu sendiri (hal 12).
Secara umum tujuan utama riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah (1) untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktik pendidikan yang diteliti secara lebih langsung, (2) untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktik guru di lapangan sehingga berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya, dan (3) mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja (hal 17).
Buku yang berisi enam bab ini, bisa dikatakan sebagai buku acuan praktis. Sebab, memuat proses melakukan riset tindakan, contoh dan persoalan riset tindakan, dan membuat laporan dan menyajikan hasil riset. Guru yang melakukan penelitian tidak akan kesulitan melakukannya karena langkah-langkah dalam buku tersebut diuraikan dengan jelas.
Pada akhirnya berpulang pada guru. Apakah berniat dan mau untuk melakukan riset tindakan demi kemajuan dirinya? Masih sangat langka guru yang aktif dalam riset tindakan. Itu dimaklumi adanya hambatan dari dalam dan luar guru. Hambatan dari diri sendiri dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan yang kurang, sikap tidak mau maju, anggapan yang salah tentang penelitian, tidak ada waktu, tidak ada dana, dan tidak tahu kegunaan riset tindakan.
Sedangkan, hambatan dari luar adalah kesulitan mentor atau pendamping, kesulitan sumber dan sarana prasarana, kurangnya dukungan kepala sekolah, penghargaan riset sekolah rendah, dan suasana penelitian sekolah belum ada.
Oleh karena itu, kehadiran buku ini perlu kita sambut dengan baik dan, yang terpenting, segera kita memulainya. Semakin banyak guru yang proaktif dalam pembaharuan pendidikan, khususnya melakukan riset tindakan, maka merekalah yang sungguh mengenal lapangan dan persoalannya. (**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.