Kamis, 18 Desember 2008

CERPEN

ATU MALIN
Olleh: KESY A D. KARTIKA


Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi ini Malin membantu emaknya mencari kayu bakar di hutan lindung dekat kampungnya. Maklumlah, walau Malin sebenarnya malu juga dengan teman-teman sekolahnya, ia tetap dengan setia, selalu membantu emaknya. Kalau saja ia punya Bapak yang bisa diandalkan, pasti ia habiskan waktunya untuk bermain egrang bersama teman-temannya. Walau ia jago naik egrang, ia selalu menolak ajakan teman-temannya untuk balap egrang. Ia harus tetap mencari kayu bakar bersama emaknya untuk biaya makan dan menabung untuk bayar sekolah.
Sudah tiga hari ini Bapaknya tidak pulang. Ia pergi menginap di tempat Paklik Jo Karyo yang akan punya hajat sunatan adik sepupunya. Walaupun hajatan itu dilaksanakan tiga hari yang akan dating, seperti biasa di kampungnya, beberapa orang sudah siap di rumah yang punya hajat. Bukannya untuk membantu persiapan hajatan, tetapi untuk main ceki atau gaple. Ya, dari situ si empunya hajat akan mendapat cuk (uang komisi dari pemenang judi) yang bisa digunakan sebagai sekedar tambahan biaya hajatan. Tapi, selama ini tidak pernah Malin mendengar Bapaknya menang, mendapat uang banyak dan memberikannya kepada emaknya. Yang selalau terjadi adalah pulang dalam keadaan mabok, marah berat pada emak, membanting perkakas, atau bahkan memukul emak.
Sepulang dari mencari kayu, Malin duduk di lincak (kursi bambu) yang selalu menemaninya saat Malin melambungkan lamunannya. Ingin sekali ia merantau mengubah nasibnya. Terutama ia ingin sekali melunasi hutang-hutang emaknya kepada Pak Sukemi, juragan kayu baker yang selalu membeli kayu bakarnya. Waktu itu emaknya berhutang dua ratus lima puluh ribu untuk modal Bapaknya main ceki. Karena kalah hutang itu hilang dalam semalam. Kemarin hutang lagi dua ratus ribu untuk modal main ceki lagi. Belum lagi hutang-hutang kecil di warung Bu Sabar. Malin menaksir kalau kerja di kota, ia bisa melunasi hutang-hutang itu dengan bekerja empat bulan. Dia sadar kalau gaji yang besar tak mungkin ia peroleh. Apalah daya untuk bekerja. Ia baru lulus SMP desa dan keahliannya hanya mencari kayu bakar dan naik egrang. Gaji sebulan dua ratus ribu sudah lumayan.
“Krompyang! Krompyang!” Lamunan Malin buyar mendengar suara mengejutkan itu. Kaleng kosong karatan itu terlempar dekat lincak Malin.
“Lin, Makmu mana ?” bapaknya muncul terhuyung-huyung. Pasti dia mabok”, batin Malin menduga-duga.
“Lagi di sumur, Pak.”jawab Malin singkat.
“Panggil. Bapak harus cepat panggil lagi”, pinta Bapaknya dengan mata merah memandang tajam Malin.
“Bapak kalah lagi. Kalau bapak main ceki sambil mabok, mana mungkin bisa menang!”
Malin sedikit berkomentar pada Bapaknya. Bapaknya maju mendekati Malin, meraih rambutnya, menjambaknya, menggeret ke dalam sambil berteriak.
“Kamu sudah berani menasehati bapakmu ? Yang aku butuhkan adalah jawaban, dimana emakmu ? Dimana ?” Entah berapa kali kepala Malin terbentur pintu, namun Malin tetap tidak melawan. Andai saja emaknya tidak tergopoh-gopoh datang mendekatinya, Malin pasti babak belur.
“Pak! Sadar pak! Itu anakmu! Mau diapakan ?” Emak menjerit meraih tangan bapak Malin yang mencengkeram erat rambut Malin.
“Aku butuh uang lagi!” jawabnya sambil melotot. Mulutnya bau minuman keras.
“Puihh! Kamu mabok! Sana tidak usah pulang. Makan tuh, ceki!” Emak marah sambil memukul-mukul dengan kepalan tangannya yang mungil ke dada Bapak Malin. Emak menangis sejadi-jadinya.
“Pergi! Tidak usah pulang. Tidak ada lagi duit untuk kamu, pakne! Sana kalau mau ngutang sama Pak Sukemi. Ngutang sendiri! Kembalikan pakai uang judimu itu!”
“Oo, begitu. Baik. Aku akan pergi! Tapi ini piring, makan pakai mulut besarmu itu”, tangan bapak Malin menyambar piring yang tergeletak di meja dan mengangkatnya, menamparkan pada emak Malin. Dengan reflek tangan Malin menepis tangan bapaknya, tetapi belum sempat menepis Malin sudah terkapar ditendang oleh Bapaknya. Bapak Malin pergi meninggalkan Ibu Malin dan Malin yang babak belur, menangis tersedu-sedu.

***

Enam bulan setelah kejadian itu, Malin memutuskan untuk meninggalkan kampungnya. Dengan berbekal ijasah SMP yang baru diraihnya, Malin berpamitan pada emaknya. Emaknya pun hanya menambahi bekalnya dengan tetesan air mata dan doa restu penuh harapan.
Dengan menumpang mobil pengangkut sayur yang melintas di jalan desa, Malin berangkat ke Bogor. Saat Malin sampai di Bogor, Malin sangat takjub melihat gedung-gedung bertingkat dan lalu lintas kota. Malin melihat para gelandangan yang tidur di kolong jembatan. Malin sempat berpikir bahwa ia juga akan bernasib seperti itu jika ia tidak berhasil di kota nanti. “Aku berusaha keras di kota ini”, bisik hati kecilnya.
Saat ini Malin sangat bingung mau ditinggal dimana di kota ini. Saat ia sedang berjalan, ia bertemu dengan pak Bejo seorang tukang ojek.
“Pak, apakah di sekitar sini sudah tidak ada rumah untuk menginap?”
“Maaf, dik. Di sekitar sini sudah tidak ada rumah untuk menginap. Lalu apakah yang adik lakukan di sini.”
Karena kasihan akhirnya Pak Bejo bersedia memberi tumpangan gratis kepada Mali. Tidak hanya itu, pak Bejo juga mencarikan Malin sebuah pekerjaan di bengkel milik teman Mas Bejo. Karena semangat yang menggebu Malin sangat dikagumi pelanggan karena pekerjaannya yang sangat teliti dan memuaskan.
Pada waktu Malin sedang istirahat makan siang. Terjadi sebuah kecelakaan di depan Malin bekerja. Ternyata korban kecelakaan itu adalah seorang wanita yang sangat cantik.
“Terima kasih, Mas. Mas sudah mau membantu saya!” kata wanita itu serta merta setelah Malin menolongnya.
“Ya..sama-sama, Mba”
“Oh…kalau begitu ini kartu nama saya, mas. Kalau mas butuh sesuatu silakan datang saja ke alamat ini. Mas malin juga bisa bekerja di kantor ayah saya?”
“Ehm…saya piker-pikir dulu saja mba. Nanti saya akan datang ke rumah mba.”
Malin berpikir apakah ia harus menerima tawaran ini atau tidak. Ia putuskan menerima tawaran ini karena ia ingin cepat mengumpulkan uang. Sore harinya Malin datang ke rumah Rinda. Ternyata ayah Rinda adalah seorang pengusaha yang sukses. Malin ditawari menjadi seorang karyawan, Malin pun menyanggupinya.

***

Singkat kata dan singkat cerita Malin tumbuh menjadi pegawai yang sangat berprestasi. Dan bagaikan kejatuhan bulan, Rindapun jatuh cinta pada Malin. Ayah Rinda juga sangat kagum pada Malin, hingga ia sangat mnenyetujui ketika Malin mengajukan sebuah permohonan.
“Begini, Pak. Saya ingin menyampaikan bahwa saya ingin meminang Rinda. Apakah Bapak setuju jika saya menikahi Rinda?”
“Apakah kamu sudah pikir masak-masak segala akibatnya?”
Malin berusaha menguatkan hatinya dengan dada yang tergetar. Ia sangat takut kalau ia akan mendapat marah besar karena kenekatannya ini. Malin hanya berani mengangguk penuh harap cemas.
“Baiklah Malin. Saya setuju karena saya piker kamu adalah lelaki yang cocok untuk Rinda dan pesan saya jagalah Rinda baik-baik”.
“Baik, Pak. Terima kasih.”
Hari pernikahan Malin dan Rinda yang segera dirancang pun tiba. Acara pernikahan Malin dan Rinda diselenggarakan dengan sangat meriah. Malin dan Rinda sangat bahagia.

***

Suatu hari ayah Rinda berkata kepada Malin.
“Malin, kamu harus pergi ke desa dan membangun sebuah proyek disana!”
“Apakah tidak bisa orang lain saja yang pergi ayah?”
“Maaf Malin tidak bisa. Ini proyek besar dan menurut ayah kamulah yang sanggup untuk mengerjakan proyek ini.”
“Baiklah ayah, Malin akan membicarakan hal ini dengan Rinda.”

***

Emak Malin setiap hari menunggu kepulangan Malin anaknya. Emak Malin sangat rindu pada anaknya. Ia ingin memeluk Malin dan berbincang-bincang dengan anaknya itu. Suatu hari emak Malin mendengar bahwa ada pengusaha kaya yang akan dating dan membangun sebuah proyek. Emak Malin berharap Malin menjadi salah satu pegawainya.
Malin dan istrinya sampai di desa itu. Dan pada saat berkeliling. Sekelebat emak Malin melihat mereka. Emak Malin terperangah, “Itukah Malin?”
“Anakku, sudah berhasil kau rupanya, Nak! Mengapa kau tidak pernah mengunjungi Ibumu ini, Nak.”
“Heh, siapa kamu mengaku-ngaku akau sebagai anakmu. Aku bukan anakmu!”
Emak Malin sangat kaget mendengar perkataan Malin, hati emak Malin tersayat pedih mendengar perkataan anaknya itu. Namun, emak Malin belum menyerah.
“Nak, benarkah kau tidak ingat siapa aku. Aku ini ibumu, nak! Ibu yang melahirkan dan merawatmu sampai kau dewasa. Aku tahu pasti kau memiliki sebuah bekas luka di kepalamu. Itu adalah bekas luka waktu kau dipukuli oleh ayahmu.”
Heh, dengar ya! Aku bukan anakmu. Dan aku juga tidak sudi memiliki ibu seperti kamu!”
Malin segera mengajak istrinya untuk kembali ke Bogor.
“Mas, siapa wanita tadi?”
“Sudahlah Rin. Dia bukan siapa-siapa!” Seketika itu, petir menyambar persis di depan mobil Malin yang melaju kencang. Sekelebat Malin melihat wajah emaknya yang dengan keras ia tabrak. Wanita tua itu terpental penuh luka. Mobil Malin oleng dan menabrak sebuah batu yang sangat besar. Ia meregang nyawa. Tanpa menghiraukan luka-lukanya Rinda mendekap Malin di himpitan ringsek mobilnya.
“Rin. Wanita tadi adalah emakku. Aku malu mengakui dihadapanmu.”
“Mengapa kamu malu ? Malin! Malin!” Rinda berteriak keras melihat Malin tersengal-sengal.
“Rin, aku minta padamu. Jadikan batu besar itu nisanku. Biarlah orang yang melihat kuburku akan mengenang kerasnya hatiku yang seperti batu, tidak mengakui ibuku sendiri. Dan nisan itu kelak akan disebut Batu Malin.

***

NOBEL MATEMATIKA

Matematika pun dapat Nobel, lho


Hadiah Nobel yang diberikan setiap tahun, pada bulan Oktober, sering menjadi perbincangan menarik. Hadiah Nobel diberikan di Balaikota Oslo, Norwegia. Setiap tahun, sejak tahun 1901, hadiah Nobel diberikan untuk enam kategori, yaitu di bidang sastra, fisika, kedokteran, kimia, ekonomi, dan perdamaian. Sejak dari awal, pemberian hadiah Nobel untuk kategori matematika tidak pernah ada. Matematika tidak? Tapi jangan berkecil hati. Ada hadiah seperti Nobel yang yang diberikan kepada ilmuwan matematika, yaitu Medali Fields.
Salah satu alas an mengapa tidak ada Nobel untuk matematika yang cukup populer, walau tidak ada bukti yang mendukung alasan tersebut, adalah karena cinta Alfred Nobel, sang pencetus hadiah Nobel, ditolak oleh seorang wanita karena adanya orang ketiga yaitu Gosta Mittag-Leffler, seorang ahli matematika dari Swedia. Gosta Mittag-Leffler adalah pendiri sebuah jurnal matematika yang sangat terkenal sampai saat ini yaitu Acta Mathematica (pada tahun 1882).
Namun, ada alasan yang tampaknya lebih masuk akal. Alasan yang pertama, Alfred Nobel menganggap bahwa matematika bukanlah bidang ilmu praktis yang memberikan sumbangan langsung untuk kehidupan manusia, sedangkan pemberian penghargaan Nobel ditujukan untuk mereka yang telah memberi sumbangan berharga bagi kehidupan manusia. Alasan yang kedua, Alfred Nobel, yang lahir di Stockholm, Swedia, telah mengetahui bahwa Raja Oscar II dari Swedia telah memberikan penghargaan di bidang matematika untuk ahli-ahli matematika di daratan Eropa. Beberapa ahli matematika seperti Hermite, Bertrand, Weierstrass, dan Poincare telah mendapatkan penghargaan dari Raja Oscar II. Karena alasan-alasan tersebut, Alfred Nobel diduga memutuskan untuk tidak memberikan penghargaan untuk kategori matematika. Sampai saat ini tidak diketahui alasan sebenarnya mengapa hadiah Nobel untuk kategori matematika tidak ada.
Medali Fields juga dikenal dengan nama resminya yaitu "Medali Internasional untuk Penemuan yang Luar Biasa di Bidang Matematika". Medali ini dianugerahkan setiap empat tahun sekali di setiap kongres ahli matematika se-dunia. Penganugerahan penghargaan tertinggi untuk bidang matematika ini untuk pertama kalinya diusulkan di dalam kongres ahli matematika sedunia di Toronto pada tahun 1924. Akan tetapi, baru pada tahun 1932, di dalam kongres ahli matematika sedunia di Zurich, diputuskan untuk memberikan penganugerahan medali mulai tahun 1936.
Medali Fields mengabil nama Profesor John Charles Fields (1863-1932), matematikawan Kanada, yang telah memberi dana untuk terlaksananya penganugerahan penghargaan tertinggi untuk bidang matematika ini. Sebagai penghormatan atas jasanya, maka medali ini diberi nama medali Fields. Hal itu keinginan Profesor JC Fields, medali ini hanya dianugerahkan kepada mereka yang berjasa besar di bidang matematika yang berumur kurang dari 40 tahun pada waktu penganugerahan tersebut dilakukan. Peraturan ini didasarkan pada hasrat Field, yaitu:
“… sementara perhatian kepada hasil kerjanya telah dilakukan, pada saat yang sama penghargaan ini dimaksudkan untuk mendorong pencapaian yang lebih jauh lagi bagi sang penerima dan menstimulus matematikawan lainnya untuk mencapai prestasi.”
Penganugerahan medali Fields pertama kali dilakukan di tahun 1936 di kongres ahli matematika sedunia di Oslo, Norwegia. Akan tetapi, penganugerahan medali yang kedua baru bisa terlaksana di tahun 1950 karena adanya Perang Dunia II. Selain mendapat medali berlapiskan emas yang berdiameter kira-kira 25 cm, penerima anugerah juga mendapat hadiah uang sebesar 15.000 dollar Kanada (sekitar Rp 90 juta). Medali Fields di salah satu sisi bergambar kepala Archimedes dan tertulis sebuah kalimat Transire suum pectus mundoque potiri yang berarti "melampaui kekuatan diri sendiri untuk menguasai dunia". Sedangkan di sisi yang lain terdapat tulisan Congregati ex toto orbe mathematici ob scripta insignia tribuere yang berarti "para ahli matematika berkumpul di sini dari seluruh dunia untuk memberi penghormatan atas hasil kerja yang luar biasa".
Berikut daftar para pemenang Medali Fields.
2006: Andrei Okounkov (Rusia/AS), Grigori Perelman (Rusia) (menolak penghargaan), Terence Tao (Australia), Wendelin Werner (Perancis).
2002: Laurent Lafforgue (Perancis), Vladimir Voevodsky (Rusia/AS).
1998: Richard Ewen Borcherds (Britania Raya), William Timothy Gowers (Britania Raya), Maxim Kontsevich (Rusia), Curtis T. McMullen (AS)
1994: Efim Isakovich Zelmanov (Rusia), Pierre-Louis Lions (Perancis), Jean Bourgain (Belgia), Jean-Christophe Yoccoz (Perancis)
1990: Vladimir Drinfeld (Uni Soviet), Vaughan Frederick Randal Jones (Selandia Baru), Shigefumi Mori (Jepang), Edward Witten (AS)
1986: Simon Donaldson (Britania Raya), Gerd Faltings (Jerman Barat), Michael Freedman (AS)
1982: Alain Connes (Perancis) , William Thurston (AS), Shing-Tung Yau (AS)
1978: Pierre Deligne (Belgia), Charles Fefferman (AS), Grigory Margulis (Uni Soviet), Daniel Quillen (AS)
1974: Enrico Bombieri (Italia), David Mumford (AS)
1970: Alan Baker (Britania Raya), Heisuke Hironaka (Jepang), Sergei Petrovich Novikov (Uni Soviet), John Griggs Thompson (AS/Britania Raya)
1966: Michael Atiyah (Britania Raya), Paul Joseph Cohen (AS), Alexander Grothendieck (Perancis), Stephen Smale (AS)
1962: Lars Hörmander (Swedia), John Milnor (AS)
1958: Klaus Roth (Britania Raya), René Thom (Perancis)
1954: Kunihiko Kodaira (Jepang), Jean-Pierre Serre (Perancis)
1950: Laurent Schwartz (Perancis), Atle Selberg (Norwegia)
1936: Lars Ahlfors (Finlandia), Jesse Douglas (AS)

Pada tahun 1998, kongres ahli matematika sedunia di Berlin, selain menganugerahkan medali Fields, juga memutuskan untuk menganugerahkan sebuah penghormatan khusus untuk Andrew J Wiles karena pada tahun 1993-1995 dia telah sukses membuktikan Teorema Fermat Terakhir yang telah lebih dari 300 tahun tak seorang pun mampu membuktikan kebenaran teorema tersebut.

Pada tanggal 22 Agustus 2006 pemenang Anugerah Field Medal diumumkan. Empat orang yang beruntung adalah Andrei Okounkov, seorang profesor matematika pada Universitas Princeton Amerika, Grigori Perelman, seorang matematikawan eksentrik dari Rusia, Terence Tao, profesor matematika pada Universitas California, dan Wendelin Werner, profesor matematika Universitas Paris-Sud di Orsay, Perancis.

Andrei Okounkov mendapatkan medali ini untuk kontribusinya dalam menjembatani teori representasi, teori peluang, dan geometri aljabar. Meski sulit dijelaskan, namun karya-karyanya sangat berguna dalam menyelesaikan problem-problem fisika modern, misalnya pada persoalan mekanika statistik. Dilahirkan di Moskow tahun 1969, Andrei Okounkov mendapatkan gelar doktor dari Moscow State University pada usia 26 tahun. Meski cukup muda, ia juga memiliki posisi di institusi-institusi bergengsi seperti sebagai profesor di Universitas Princeton dan Universitas California Berkeley, serta anggota Akademi Sains Rusia.
Terence Tao merupakan seorang ekspert untuk pemecahan masalah matematika. Karya-karya spektakulernya membentang luas di antara beberapa bidang matematika. Terence Tao mendapatkan penghargaan ini untuk kontribusinya pada persamaan-persamaan diferensial, kombinatorik, analisis harmonik dan teori bilangan aditif. Tao dilahirkan di Adelaide, Australia, 31 tahun yang lalu dan memperoleh gelar Doktor matematika dari Universitas Princeton pada saat ia berusia 21 tahun. Saat ini ia menjabat posisi profesor pada Universitas California di Los Angeles.
Wendelin Werner berjasa dalam mengembangkan teori evolusi Loewner stokastik, geometri dari gerak Brown dua dimensi, dan teori medan konformal. Karya-karya Wendelin merupakan interaksi paling kreatif antara bidang matematika dan fisika. Penelitian Werner menghasilkan satu kerangka kerja baru dalam memahami fenomena kritis yang muncul di fisika serta membuka pandangan geometrik baru yang selama ini tidak terpikirkan.
Yang paling menghebohkan adalah penghargaan untuk matematikawan eksentrik Grigori Perelman. Ia mendapatkan penghargaan untuk jasanya dalam bidang geometri serta pandangan revolusionernya tentang struktur geometri serta analitik dari aliran Ricci.
Pada kenyataannya, butuh tiga tahun untuk membuktikan kebenaran klaim Perelman. Bahkan, hingga detik ini, puluhan ahli matematika terkemuka masih bekerja. Dalam papernya Perelman menuliskan bahwa karyanya tidak didukung oleh dana penelitian dari instansi manapun. Ia mendanai penelitiannya dari tabungannya sendiri yang ia kumpulkan selama ia menjadi peneliti tamu di Courant Institute,  SUNY di Stony Brook, serta Universitas California di Berkeley.
Beberapa koran terkenal seperti The Guardian menuliskan bahwa Perelman kemungkinan merupakan makhluk tercerdas namun tergila di planet ini. Saat berusia 16 tahun ia mendapatkan medali emas pada Olimpiade Matematika Internasional dengan nilai sempurna Uniknya, meski tidak memiliki banyak uang, Perelman menolak hadiah-hadiah uang yang dianugerahkan oleh komunitas matematika Eropa. Ia menolak dengan alasan bahwa juri yang menilai karyanya tidak cukup "qualified". Bahkan, yang lebih mengherankan lagi, ia juga menolak hadiah sebesar satu juta dolar dari Clay Mathematics Institute di Boston, Amerika! Institusi ini memang menyediakan hadiah spektakuler bagi penemu solusi-solusi problem matematika terbesar abad ini.

Belajar dari Terence Tao
Terence Tao merupakan peraih Medali Fields termuda. Ia mendeskripsikan caranya memecahkan permasalahan dalam matematika.“Saya tidak memiliki kemampuan ajaib,” ujarnya. “Saya melihat permasalahannya, dan hal itu terlihat seperti yang semua orang telah lakukan; saya pikir mungkin ide yang telah bekerja sebelumnya akan mampu bekerja disini. Ketika semuanya gagal, saya memikirkan trik kecil untuk membuatnya lebih baik, namun hal itu tetap belum bekerja dengan benar. Saya bermain dengan masalah tersebut, dan setelah beberapa saat, saya menyadari apa yang terjadi.”
Pria yang memperoleh Ph.D dari Universitas Princeton pada usia 21 tahun ini, memang sejak kecil menyukai matematika. Ketertarikannya terhadap angka sudah terlihat sejak ia berusia 2 tahun. Terence cilik mencoba mengajarkan anak-anak lainnya untuk berhitung dengan menggunakan balok. Selain dalam berhitung, Terence juga cepat menguasai bahasa dan senang menyusun kata-kata dengan menggunakan balok. “Dia mungkin belajar banyak dari ‘Sesame Street’,” ujar ayahnya, Dr. Billiy Tao, yang bermigrasi dari Hongkong ke Australia pada tahun 1972.
Ketika berusia 3,5 tahun, orangtuanya memasukan Terry, panggilan kecil untuk Terence, ke sekolah swasta. Namun 6 minggu kemudian, ia keluar dari sekolah tersebut karena belum siap, begitu pula sekolahnya yang tidak siap mengajar siswa dengan kemampuan seperti Terry. Selang1,5 tahun kemudian, Terry masuk ke sekolah umum. Di sana ia memperoleh program khusus yang disesuaikan dengan kemampuannya. Umur 7,5 tahun, pria kelahiran 17 Juli 1975 ini mulai mengikuti pelajaran matematika sekelas SMA.
Spesialisasi Profesor muda ini adalah bilangan prima, yaitu bilangan positif yang hanya bisa dibagi oleh dirinya sendiri, dan bilangan satu. Keunikan bilangan prima telah mulai diteliti oleh Euclid sekitar 300 SM. Euclid percaya bahwa terdapat tak hingga(infinite) banyaknya “twin primes“–pasangan bilangan prima dengan selisih dua, seperti 3 dengan 5, 11 dengan 13, namum ia tak bisa membuktikan conjecture(tidak bisa dibuktikan salah maupun benar) ini.
Pada tahun 2004, Terence bersama Dr. Green, matematikawan yang kini bekerja di Universitas Cambridge memecahkan masalah yang terkait dengan conjecture Twin Prime, yaitu dengan melihat perilaku selang pada deret bilangan prima.
“Saya ingin melihat lebih banyak lagi mistifikasi terhadap matematika tersingkap, sehingga lebih mudah diakses oleh publik, meski saya tidak begitu yakin bagaimana mencapai tujuan ini,” ujarnya mengenai relasi antara matematika dan publik.

Penghargaan lain
Selain medali Fields, penghargaan di bidang matematika yang gengsinya tidak kalah terlalu jauh adalah hadiah Wolf (Wolf Prize). Hadiah Wolf ini diberikan oleh Yayasan Wolf (Wolf Foundation) dari Israel. Tidak seperti medali Fields yang penganugerahannya dilakukan tiap empat tahun sekali, penganugerahan hadiah Wolf dilakukan setiap tahun. Tradisi penganugerahan hadiah Wolf telah dimulai sejak tahun 1978 dan diberikan hadiah sebesar 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1 milyar) kepada setiap pemenangnya.
Masih ada berbagai penghargaan lainnya yang diberikan untuk berbagai pencapaian di bidang matematika seperti penghargaan Leroy P Steele, Bocher Memorial Prize untuk pencapaian di bidang matematika analisis, Frank Nelson Cole untuk pencapaian di bidang aljabar dan teori bilangan, Delbert Ray Fulkerson untuk pencapaian di bidang matematika diskrit, George David Birkoff Prize untuk pencapaian di bidang matematika terapan. Penghargaan tersebut semuanya dianugerahkan oleh Asosiasi Ahli Matematika Amerika.
Hadiah yang diberikan oleh Clay Mathematics Institute dari Cambrige, Massachusetts, mungkin merupakan hadiah yang terbesar yang diberikan untuk bidang matematika, yaitu satu juta dollar AS! Di pertengahan tahun 2000, untuk memperingati pergantian abad ke-20 ke abad ke-21, Clay Mathematics Institute menyelenggarakan kontes Millennium Prize Problem. Clay Mathematics Institute telah memilih tujuh problem klasik di bidang matematika yang sampai saat ini belum ada seorang pun yang mampu menyelesaikannya. Barang siapa yang mampu menyelesaikan problem tersebut akan mendapatkan satu juta dollar AS (atau sekitar Rp 10 milyar) untuk setiap problem. Ketujuh problem klasik matematika tersebut adalah: Hipotesis Riemann, Poincare conjecture, Hodge conjecture, Swinnerton Dyer conjecture, penyelesaian dari persamaan Navier-Stokes, formulasi teori Yang-Mills, penentuan apakah NP-problem (nondeterministic polynomial time) sebenarnya merupakan P-problem (polynomial time).
Siapa berminat ? Kesempatan terbuka lebar!

Sumber :
1.Kompas, 8 Pebruari 2002
2.Kompas, 28 Agustus 2006
3.Wikipedia

TANDA CINTA

SURAT ALUMNUS SMP PIUS CILACAP

Salam Sejahtera,
Saya haturkan kepada segenap dewan redaksi majalah Gema Pius. Saya Stephanus Bara Setyo Kurnia yang tertanda di bawah ini menulis sepucuk surat ini bermaksud untuk mengucapkan selamat kepada seluruh dewan redaksi Gema Pius yang telah berhasil membuktikan Gema Pius sebagai Majalah “Trade Mark” khususnya SMP Pius sendiri.
Saya sebagai salah satu Alumnus SMP Pius Cilacap tahun 2006 / 2007 mengaku sangat bangga terhadap Almamater saya berhasil “mencetak” para jurnalis-jurnalis muda berbakat. Saya yakin semua alumnus dan alumna yang mendengar tentang Almamaternya berhasil “mencetak” para jurnalis-jurnalis muda berbakat seperti anda semua, pasti juga akan bangga. Saya adalah satu dari beberapa Alumni yang memilih untuk merantau demi meraih cita-cita saya. Saya sangat bersyukur dapat bersekolah di SMP Pius Cilacap karena banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan baik dari segi pengetahuan maupun kepribadian. Saya yang melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi dan harus hidup mengasrama sangat terbantu. Saya masih sangat ingat betul kegiatan yang saya ikuti ketika masih di SMP, yaitu Pramuka, disitulah saya merasakan titik balik kehidupan saya.
Tidak hanya sampai disitu SMP Pius telah menyelamatkan mental saya dalam proses formatio saya. Pengalaman itu baru saja saya alami, itu juga berkat teman-teman Redaksi Gema Pius. Mungkin saya akan sharing sedikit pengalaman saya.
Saya yang memilih melanjutkan pendidikan SMA Seminari Petrus Canisius Magelang tepatnya di Kecamatan Mertoyudan, harus hidup ber-asrama. Seperti kehidupan di asrama manapun, pasti setiap anak akan memperoleh paraban apalagi dalam kehidupan remaja. Begitu juga dengan saya, saya biasa dipanggil dengan sebutan “Cilacap Ndesa” oleh teman-teman yang merasa dirinya dari kota. Walaupun saya adalah salah satu orang yang “cuek” tapi lama kelamaan itu membuat saya minder dalam bersosialitasi dan tak jarang terjadi perdebatan sengit antara saya dan teman-teman saya. Dan itu jelas menghambat formatio saya. Tetapi setelah melihat beberapa dari teman-teman dengan segala opini, saran, kritik yang mulai membangun mental saya, sedikit demi sedikit. Beberapa kali saya melihat teman-teman di Surat Pembaca dari situ saya dapat menemukan paradigma baru yaitu “Walaupun berasal dari kota yang terpencil tetapi memiliki kembang-kembang Publik” yang saya ingat Melanie, Olga Ayu Dewandari dan Karina Sucipto. Jauh dari itu semua, hari ini teman-teman saya yang merasa dirinya berasal dari kota yang lebih maju telah terbungkam dengan bukti yang telah diberikan teman-teman jurnalis. Oleh karena itu saya memiliki hal yang dapat dibanggakan walau berasal dari kota yang kecil apalagi tak jauh yaitu Almamater saya sendiri.
Itu hanya sharing dari kehidupan pribadi saya jauh dari kehidupan pribadi, saya sangat bangga dengan apa yang telah anda semua lakukan untuk SMP Pius tercinta.
Selamat saya ucapkan sekali lagi atas semua karya yang telah anda semua hasilkan, tetapi tidak berhenti sampai disitu saja karena persaingan akan semakin ketat dan telah menanti kalian.
Akhir kata saya ucapkan selamat berusaha menjadi jurnalis-jurnalis yang berbakat dan berprestasi. Jadilah inspirator-inspirator yang handal. Salam saya untuk Sr. Atanasia PBHK dn seluruh staf. Selamat berjuang dan tetap semangat. (Mertoyudan, 4 Maret 08, Stephanus Bara Setyo Kurnia)

WAWANCARA

Minat baca Masyarakat Cilacap baik

Minat baca msyarakat Cilacap cukup baik. Demikian disampaiakan Ibu Dra.Esti Yuantati,MM.
Beliau merupakan Kepala Bidang Perpustakaan Daerah Cilacap. Dengan ramah kami disambut Ibu Esti, panggilan akrab beliau. Berikut hasil wawancara Team GP dengan beliau.

Sejak kapan Ibu bekerja di Perpustakaan Daerah ?
Saya bekerja di sini sejak Januari 2004, tapi baru menjadi Kepala Bidang Perpustakaan Daerah mulai Mei 2006.

Sudah berapa lama perpustakaan ini beridiri?
Perpustakaan ini didirikan sejak tahun 1998. Waktu pertama kali berdiri Perpustakaan ini bernama Perpustakaan dan Arsip. Namun sejak Desember 2003, perpustakaan ini bergabung dengan badan Diklat dan Perpustakaan. Ini sesuai dengan Perda no.45 tahun 2003 tentang pembentukan Badan Diklat dan Perpustakaan. Perpustakaan ini berubah nama menjadi Perpustakaan Daerah.

Bagaimana minat baca masyarakat Cilacap?
Alhamdulillah, minat baca masyarakat Cilacap sudah cukup baik. Terbukti dengan
peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan yang signifikan tiap tahunnya. Sekarang rata-rata 300 orang pengunjung/hari.

Di perpustakaan daerah, bagaimana kelengkapan keadaan buku yang ada?
Disini buku-bukunnya tergolong lengkap dan bervariasi. Namun, mungkin jumlahnya saja yang kurang banyak. Kalau keadaan bukunya sangat terawat, memang tidak dipungkiri ada beberapa pembaca yang seringkali merusak buku yang dipinjamnya. Tapi kami selalu melakukan pengecekan dan perawatan ulang terhadap buku-buku yang rusak.

Ada berapa jumlah buku yang ada di sini, Bu? Dan jenisnya apa ,saja? Ds Di sini terdapat banyak buku-buku.Diantaranya adalah Buku Referensi sebanyak 1170 eks, Buku Fiksi sebanyak 4170 eks, Buku Non Fiksi sebanyak 10.255 eks, Buku Yang Belum di olah sebanyak 350 eks. Jadi jumlah buku disini ada 18.702 buah. Selain itu, kami sendiri mempunyai Perpustakaan Keliling yang mempunyai jumlah buku sebanyak 1300 eksemplar. Kami memperbanyak koleksi buku atau bacaan untuk usia dini dan buku yang kemungkinan besar diminati masyarakat.

Temyata ada Perpustakaan lilingnya. Biasanya Perpustakaan kelilingrutenya kemana saja?
Perpustakaan keliling ini bantuan dari Perpustakaan Nasional tahun 2006. Biasanya datang ke sekoiah-sekolah, desa-desa, LP, pesantren, dan ke tempat-tempat lainnya.

Adakah usaha-usaha pemerintah kepada perpustakaan daerah untuk meningkatkan minat baca?
Ya, mulai tahun 2007 ini, kami mendapat bantuan dari perpustakaan nasional sebanyak 70 juta untuk memenuhi kelengkapan buku di sini. Pememerintah daerah juga ada diambilkan dari APBD II. Kami juga bekerja sama dengan Cocacola Foundation untuk pengembangan Perpustakaan ini ke depan.

Kebanyakan pengunjungnya ?
Ya ... biasanya yang datang dari berbagai kalangan. Namun yang lebih sering datang adalah anak-anak sekolah. Umumnya mereka datang kesini untuk mencari atau mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pelajaran. Anak-anak sekolah biasanya datang saat jam pulang sekolah.

Luas tanah dan bangunannya sendiri berapa?
Kalau luas tanahnya itu 400 meter persegi dan luas bangunannya 200 meter persegi.

Wah, luas juga ya Bu. Ehm, kira-kira apa syarat-syarat menjadi anggota?
Yang ingin menjadi anggota Perpustakaan Daerah harus menyerahkan pasfoto 2X3 sebanyak 3 lembar, fotokopi kartu identitas yang masih berlaku sebanyak 3 lembar, dan membawa uang 5000 untuk administrasi, dan berlaku selama selama 1 tahun.

Sampa sekarang ada berapa anggota Perpustakaan daerah?
Anggotanya ada sekitar 9.535 orang.

Apakah Perpustakaan daerah pernah mengadakan Pameran Buku?
Oh, belum pernah. Mungkin kedepannya, kami akan mengadakan pameran. buku. Doakan saja
Apakah Perpustakaan daerah pernah mengadakan kerjaasama dengan sekolah?
Kami menjadi Pembina perpustakaan sekolah. Pernah kami mengadakan bimbingan kepada siswa-siswi untuk mengikuti lomba tingkat daerah maupun provinsi.
.Sebagai contoh, kami membimbing Edo, salah satu siswa SD Pius untuk rnengikuti lomba tinqkat propinsi dan akhirnya menjadi juara 2.

Ruangan apa saia Di Perpustakaan daerah ini?
Ada berbagai macam ruangan, yakni . Ruang Baca Koran, Ruang internet (baru dipersiapkan), Ruang Audiovisual (baru dipersiapkan), ruang Tandon, . Ruang Akusisi, Ruang Layanan, .Ruang Referensi

Bagaimana Perpustakaan Daerah mempromsikan diri?
Ya kami mengadakan prornosi-promosi ke radio-radio di Cilacap, seperti Radio Wijaya dan Yes Radio. Kami juga melakukan promosi ke para wartawan.

Apa kekurangan Perpustakaan ini yang perlu ditingkatkan lagi?
Mungkin sistemnya ya. Ini tantangan kami bahwa selama ini kami masih menggunakan sistem manual dan belum menggunakan sistern komputerisasi. Namun hal ini masih dalam tahap persiapan.

Program-program terdekat yang akan diadakan Perpustakaan daerah?
Yang jelas pengadaan buku baru biar up to date, melengkapi ruang audiovisual dan internet, dan kerja sama dengan pihak lain yang peduli, seperti Coca Cola Foundation

Suka dukanya bekerja di sini?
Sukanya, bila kami bisa bekerja untuk masyarakat agar masyarakat menjadi lebih berminat untuk membaca dan supaya masyarakat tidak ketinggalan informasi. Dukanya bila kadang-kadanq karni harus sabar menghadapi pengunjung yang kurang puas karena tidak menemukan buku yang dicarinya­

Harapan kedepan untuk Perpustakaan Daerah?
Semoga Perpustakaan Daerah dapat lebih eksis. Kami juga berharap agar masyarakat rajin ke Perpustakaan. Daerah, karena membaca merupakan suatu kebutuhan.
(Bella, Anggi, Ruth, Karina),

AKSI NATAL 2008

SMP PIUS CILACAP GELAR AKSI PEDULI NATAL


Untuk menumbuhkan semangat siswa untuk berbela rasa (empati) dan peduli terhadap sesama yang membutuhkan, serta memperingati hari Natal, OSIS SMP Pius Cilacap menggelar Aksi Peduli Natal tahun 2008, kemarin

Menurut ketua OSIS, Viola Shelvannia Haryanto, aksi peduli Natal ini rutin diadakan tiap tahun, namun dengan aksi yang berbeda-beda. ”Di tahun 2008 ini, aksinya adalah pengumpulan sembako, khususnya mie instan, gula, dan beras, pengumpulan uang setiap hari Rabu dan Jumat selama sebulan, dan pengumpulan pakaian pantas pakai”, ujarnya.

Kegiatan tersebut dikoordinir oleh OSIS SMP Pius Cilacap, dewan guru hanya mendampingi, sehingga siswa dengan sendirinya belajar berorganisasi dan bekerja sama. “Sembako yang terkumpul dibagi menjadi 106 bungkus, dan dibagikan kepada 46 tukang becak yang mengantar siswa TK, SD, SMP Pius, dan yang mangkal di Rumah sakit Santa Maria, juga dibagikan kepada masyarakat sekitar”, tambah Viola.

Sementara itu, uang yang terkumpul kurang lebih 2 juta rupiah digunakan untuk membantu siswa yang kesulitan membayar SPP. Khusus, pakaian pantas pakai ada 47 dus disumbangkan ke Sidareja melalui posko Susteran PBHK di Sidareja.

Sarwin (56 tahaun), tukang becak mewakili teman-temannya, mengatakan bahwa aksi ini sangat membantu kesulitan keluarga ketika harga-harga mahal. “Kalau bisa tiap tahun diadakan lagi”, harap Sarwin. (*)