Jumat, 12 Desember 2008

KIR

EKSPLOITASI DI NUSAKAMBANGAN


Di zaman ini, manusia dan seluruh makhluk hidup di dunia mendapat masalah dalam hal lingkungan hidup. Sejumlah bencana yang terjadi bersumber dari alam itu sendiri, misalnya tsunami. Namun, sebagian besar lainnya bersumber pada ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti: global warming, penurunan jumlah jenis fauna dan flora, serta penipisan lapisan ozon.
Di masa krisis ekonomi global sepeti saat ini, fenomena Pulau Nusakambangan yang dieksploitasi menjadi dilema yang besar bagi warga Cilacap. Di satu sisi hasil eksploitasi merupakan aset dan pendapatan bagi Kabupaten Cilacap. Namun di sisi lain, eksploitasi di Nusakambangan menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai PT. Holcim, Nusakambangan merupakan daerah lepas pantai Cilacap yang memiliki luas sekitar 11.000 km2. Terdapat daerah eksploitasi sebanyak 800 km2. Dari kawasan eksploitasi, kawasan yang sudah dibuka sekitar 300 km2. Setengahnya juga sudah direklamasi, lahannya sudah ditutup hutan lagi. Sedangkan, menurut Kepala SMA Yos Sudarso Cilacap, eksploitasi adalah pengerukan besar-besaran pegunungan batu kapur di Nusakambangan yang kemudian dijadikan salah satu bahan semen.
Elsa, siswa SMP Pius menambahkan bahwa eksploitasi tersebut dilakukan hanya demi keuntungan pabrik semata.
Seorang pencinta fotografi berpendapat, ”Saya setuju dengan eksploitasi tersebut asalkan disertai dengan pengelolaan yang benar. Tetapi pada dasarnya saya kurang setuju karena menambah dampak pemanasan global.”
Lain halnya dengan Ketua PSMTI, beliau tidak setuju dengan eksploitasi di Nusakambangan karena hasil penambangan tersebut tidak sebanding dengan akibat yang derita berupa rusaknya habitat laut dan berubahnya struktur tanah Pulau Nusakambangan.
“Sebaiknya pengambilan semen tersebut tidak berlebihan karena kemungkinan akan mengakibatkan terjadinya bencana.”usul seorang nelayan. Elsa juga mengusulkan, PT. Holcim sebaiknya mengambil bahan baku di tempat lain, misalnya di daerah Tritih Kulon, ada sebuah bukit yang cukup banyak mengandung bahan baku semen yang tidak akan habis bila dieksploitasi PT. Holcim 50 tahun ke depan.
Berbeda dengan pendapat pegawai PT. Holcim dia mengatakan agar eksploitasi tetap dilanjutkan karena lahan yang dieksploitasi hanya 800 km2 dan pemerintah hanya mengizinkan eksploitasi sampai tahun 2033.
Sedangkan menurut Ruth, alumnus SMP Pius Cilacap, jalan keluar untuk masalah ini adalah setiap orang kembali pada kesadaran diri sendiri untuk menjaga lingkungan.



By: Tim KIR SMP Pius Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.