Senin, 15 Desember 2008

PENDIDIKAN

Menjadi Guru Yang “Lebih”
Oleh : Thomas Sutasman

Tuntutan sertifikasi dengan sepuluh indikatornya menyebabkan guru harus mengejar untuk memenuhinya. Apabila guru hanya mengejar sepuluh indiator tersebut, tanpa dengan ketulusan dan kepedulian, maka hasilnya sia-sia saja. Dengan berbagai cara, tuntutan sertifikasi sebenarnya mudah dipenuhi. Namun, pertanyaannya: apakah hanya itu yang dikejar oleh guru?

Bila mengingat peringatan hari Guru 2007 lalu, dengan tema “Guru Profesional dan Sejahtera untuk Pendidikan Berkualitas”, dapat sebagai titik awal untuk bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan profesionalisme guru dan performa guru itu sendiri.

Tantangan ke depan untuk mencapai harapan itu sangatlah besar. Kenyataan yang terjadi sekarang, apapun yang menyangkut permasalahan pendidikan selalu ditimpakan pada guru. Guru hanya selalu sebagai kambing hitam belaka.

Selain itu, tantangan terbesar yang sangat riskan bila guru tidak mempersiapkan diri dari sekarang adalah arus globalisasi. Dunia yang menglobal. Mau tidak mau guru harus mengikutinya. Globalisasi telah menciptakan mobilitas tenaga kerja melewati batas-batas negara. Ini menuntut lulusan yang kompetitif untuk memperoleh pekerjaan. Globalisasi menghasilkan perpaduan budaya yang memungkinkan inovasi dan kreatifitas. Yang tidak kalah pentingnya, peran teknologi informasi (dan komunikasi) yang baru merambah ke hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat.

Untuk ke depan, perlu dibangun guru yang bisa mengikuti perkembangan jaman. Guru yang selalu up to date. Yang akhirnya, guru tersebut akan menguasai masa depan. Beberapa hal agar guru siap menjadi guru masa depan.

Pertama, guru harus selalu mengembangan diri. Sudah menjadi rahasia umum, guru sangat malas untuk mengembangkan dirinya. Kalau pun ada, tidaklah banyak. Banyak media, massa ataupun multimedia, yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Sebenarnya dengan pemafaatan berbagai media yang ada bisa menjadi tolak ukur kualitas guru itu sendiri. Banyak kegiatan yang bisa guru terlibat, seperti seminar, simposium, diskusi, mengembangkan MGMP baik di sekolah maupun lintas sekolah, atau menulis artikel. Dengan banyak mengikuti berbagai kegiatan, yang berhubungan dengan pendidikan atau keilmuannya, maka guru akan terdorong untuk maju.

Kedua, guru harus cerdas dan tepat memilih metode atau strategi pembelajaran. Kualitas guru dalam bidang keilmuannya bagus tidak serta merta dapat menjadi guru yang baik. Maksudnya, guru belum tentu dapat menyampaikan pesan yang baik kepada siswa, bila strateginya keliru. Ketepatan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa menjadi faktor yang penting. Apalagi sekarang masih saja guru masih dianggap sebagai sumber belajar. Sangat sulit memberikan pemahaman bahwa guru adalah seorang fasilitator belaka.

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif. Seorang pendidik hendaknya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar-mandiri. Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri

Untuk itu, peran guru dalam proses pembelajaran harus dimaksimalkan. Peran tersebut adalah sebagai sumber belajar, sebagai fasilitaor, sebagai pengelola, sebagai demonstrator, sebagai pembimbing, sebagai motivator, dan sebagai evaluator. Dengan kata lain, guru dituntut memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.

Ketiga, guru harus memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Pengajaran dan pembelajaran berbasiskan komputer merupakan salah satu cara untuk mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan, yang berpotensi untuk mengoptimakan kualitas proses pengajaran dan pembelajaran. Pendekatan teori-teori pengajaran dan pembelajaran memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas sesuatu pengajaran dan pembelajaran dalam bidang pendidikan. Aplikasi teknologi multimedia yang berpandukan teori-teori pembelajaran yang relevan dalam pengajaran dan pembelajaran berbasiskan komputer memainkan peranan yang penting, yakni dalam membekalkan beberapa program pengajaran yang sesuai dalam usaha untuk merealisasikan potensi siswa dengan sepenuhnya.

Selain itu, guru tidak bisa tinggal diam. Guru perlu mempersiapkan bahan pembelajaran, baik dari buku maupun dari internet. Perkembangan teknologi yang pesat harus dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas diri.

Keempat, guru harus menjadi teladan dalam hal moralitas. Tidak dapat dipungkiri kemajuan jaman, karena pengaruh globalisasi, tanpa disadari memberikan efek negatif yang besar. Sebuah peran yang sangat berat ditumpangkan pada pundak guru. Guru harus menjadi saksi-saksi kebenaran dan moralitas pada siswa.

Seorang guru mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Dia tidak hanya dituntut mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan kepada peserta didik (cognitive domain) dan aspek keterampilan (pysicomotoric domain), akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mengejewatahkan hal-hal yang berhubungan dengan sikap (affective domain).

Kualitas seorang guru itu dapat diukur dari moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, dan tidak destruktif.

Kelima, guru harus mengembangkan masyarakat. Guru tidak hanya diam ketika masyarakat membutuhkannya. Ia harus ikut mengambil peran positif dalam pengembangan masyarakat. Guru oleh masyarakat masih dianggap sebagai manusia serba bisa, maka kesempatan ini tidak bisa disia-siakan untuk ikut “mengubah” masyarakat menjadi lebih baik. Yang penting, tidak meninggalkan peran utamanya sebagai pengajar dan pendidik siswa.

Akhirnya, seperti dikatakan oleh M. Sastrapratedja (2001), bahwa peran guru di masa depan sangat berat. Yakni, guru sebagai pelaku perubahan budaya, guru di masa depan akan berperan membantu proses pesert adidik menemukan dan memanfaatkan berbagai sumber informasi, guru berperan memperluas horison pengalaman peserta didik, guru berperan membantu peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan guru memberikan pencerahan kepada peserta didik. Apabila semua itu kita yakini baik dan kita kejar bersama-sama, maka tidak hanya sebagai mimpi belaka. Semoga.

Thomas Sutasman,
Guru SMP Pius Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.