Minggu, 09 September 2007
puisi
Tentang Kau
Dalam gelap,
kutemukan celah di sudut ruang.
Seberkas cahaya,
mulai terangi sepiku.
Seperti hatiku,
yang keras membeku.
Namun hadirmu,
mampu luluhkan semua itu.
Hari-hari kita lewati bersama,
bersenandung di negri awan,
menari di bukit pelangi,
bercanda tawa di bintang kita.
Aku sangat menyayangimu,
tak ingin kulepas selamanya.
Menjadi bagian hidupmu,
bukan penyesalan untukku.
Jika kau mulai kepakkan sayap,
tinggalkan aku bulu-bulu indah,
Dari sayap kokohmu,
yang pernah menjagaku.
Kini terbanglah,
jelajahlah dunia,
Sampai kau temukan lagi,
tempat berlabuh hatimu.
(Karina Suchipto)
SEBUAH KENANGAN
Kita telah berpisah
Ku tak mungkin memilikimu lagi
kau perisai hidupku
Bagai batu karang yang
terhempas ombak
Namun kita masih
kuat dan kokoh
Berjuta kenangan telah
terukir indah bersamamu
Kau memberikanku kebahagian
Walau hanya sesaat
Bersamamu ku tahu arti cinta dan arti hidup
Ku tahu juga arti sayang yang lebih
Kau berikan berbagai arti yang bermakna
Kau terangi saat ku redup
Kau topang saat ku terjatuh
Kau beri kekuatan saat ku lemah
Kini kau telah pergi
Meninggalkan berjuta kanangan
Semua ku terima apa adanya
Kau adalah hadiah terbesar yang
Tuhan berikan padaku…
(Sylva Zaezara)
Opini siswa
Succes = 1 % Talented + 99 % HardWork
Ehm, masak sich? Weits, jangan banyak tanya dulu. Mending kita bahas satu-satu, biar ga penasaran. Ok…let me start. Menurut penelitian dari para ahli, sukses sesorang itu ga hanya butuh bakat, tapi juga butuh kerja keras.
Loch, kok nggak ada serunya, emank iya khan? Tapi, tunggu dulu, yang bikin seru itu adalah 99 % kesuksesan seseorang bukan berasal dari talenta ato bakat yang dimiliki, tapi dari usaha ato kerja keras, sementara talent hanya 1 %. Nach, disini permasalahannya. Kenapa bisa kayak gitu?
Gini dech, pernah nggak di saat titik down kekalahan kita, kita merasa cuma orang-orang yang dianugrahi bakat aja yang bisa menakluklan dunia, sementara kita adalah orang-orang yang ga punya kelebihan apapun. Nothing’s…. kosong….
Eits, jangan sampe kamu punya pikiran semacam itu setelah baca ini. Karna kita semua punya “emas” terpendam, maka butuh diasah dan diolah dengan baik.
Orang-orang hebat yang bisa menaklukkan dunia adalah mereka yang udah tau bakat dan kemampuan spektakuler yang terpendam dalam diri mereka. Dan yang perlu dicatet adalah “mereka menjadi orang-orang hebat bukan hanya karna bisa menemukan bakat mereka tetapi karna usaha dan kerja keras.
Contohnya Thomas Alfa Edison. Disekolahnya dia bukan orang hebat yang selalu jadi the best. Bisa dibilang dia orang yang nggak terlalu suka sama pelajaran sekolahnya. Edison bahkan hampir nggak ngerti pelajaran sekolahnya. Tapi karna itulah, Edison berusaha mencari apa yang salah sama dirinya, kenapa yang lain bisa tapi dia nggak pernah bisa. Nach, di saat itulah dia mulai mengenal pribadi dan dirinya secara utuh, sampai akhirnya dia menemukan talentednya. Dan kita semua bisa tahu karya karya besar rancangan Edison khan?
Udah tau khan seorang Thomas Alfa Edison aja yang nggak terlalu memahami pelajaran sekolahnya, malah jadi salah satu ilmuwan terbesar di dunia. Itu bukan cuma karna bakatnya tapi kerja kerasnya…
Mulai sekarang, jangan ragu untuk mengenal dirimu sendiri. Karna dengan mengenal dirimu, kamu jadi tau dimana “emas” itu sembunyi. Jangan takut untuk mengeksplor potensi dirimu
Perlu di ingat juga kerja keras harus tetap jalan, klo kamu nemuin talent kamu tapi g mau kerja keras dan usaha , ya…. sama aja boong. Satu yang terpenting jangan jadiin kekurangan sebagai kelemahan tapi jadiin itu sebagai kekuatan terhebat dalam diri kita.
Intinya, bakat sebesar apapun yang kamu punya tapi klo Cuma “dibiarin” aja nggak akan berarti apa2. Butuh kerja keras untuk “mengasahnya”.
Ok guys, sekarang juga cari talent yang ada didirimu dan kembangin dengan kerja keras. Karna kamu nggak berarti apa-apa klo ga tau bakat amazing dalam dirimu. Percaya dech, semua orang dianugrahi Tuhan dengan talented yang berbeda. Tinggal kita berusaha mengembangkan talented itu. So, bener khan, o “Succes itu = 1% Talented + 99 % HardWork. Once again, ”Never stop fighting for you talented!” (Ruth Lidya S, 9a)
Ehm, masak sich? Weits, jangan banyak tanya dulu. Mending kita bahas satu-satu, biar ga penasaran. Ok…let me start. Menurut penelitian dari para ahli, sukses sesorang itu ga hanya butuh bakat, tapi juga butuh kerja keras.
Loch, kok nggak ada serunya, emank iya khan? Tapi, tunggu dulu, yang bikin seru itu adalah 99 % kesuksesan seseorang bukan berasal dari talenta ato bakat yang dimiliki, tapi dari usaha ato kerja keras, sementara talent hanya 1 %. Nach, disini permasalahannya. Kenapa bisa kayak gitu?
Gini dech, pernah nggak di saat titik down kekalahan kita, kita merasa cuma orang-orang yang dianugrahi bakat aja yang bisa menakluklan dunia, sementara kita adalah orang-orang yang ga punya kelebihan apapun. Nothing’s…. kosong….
Eits, jangan sampe kamu punya pikiran semacam itu setelah baca ini. Karna kita semua punya “emas” terpendam, maka butuh diasah dan diolah dengan baik.
Orang-orang hebat yang bisa menaklukkan dunia adalah mereka yang udah tau bakat dan kemampuan spektakuler yang terpendam dalam diri mereka. Dan yang perlu dicatet adalah “mereka menjadi orang-orang hebat bukan hanya karna bisa menemukan bakat mereka tetapi karna usaha dan kerja keras.
Contohnya Thomas Alfa Edison. Disekolahnya dia bukan orang hebat yang selalu jadi the best. Bisa dibilang dia orang yang nggak terlalu suka sama pelajaran sekolahnya. Edison bahkan hampir nggak ngerti pelajaran sekolahnya. Tapi karna itulah, Edison berusaha mencari apa yang salah sama dirinya, kenapa yang lain bisa tapi dia nggak pernah bisa. Nach, di saat itulah dia mulai mengenal pribadi dan dirinya secara utuh, sampai akhirnya dia menemukan talentednya. Dan kita semua bisa tahu karya karya besar rancangan Edison khan?
Udah tau khan seorang Thomas Alfa Edison aja yang nggak terlalu memahami pelajaran sekolahnya, malah jadi salah satu ilmuwan terbesar di dunia. Itu bukan cuma karna bakatnya tapi kerja kerasnya…
Mulai sekarang, jangan ragu untuk mengenal dirimu sendiri. Karna dengan mengenal dirimu, kamu jadi tau dimana “emas” itu sembunyi. Jangan takut untuk mengeksplor potensi dirimu
Perlu di ingat juga kerja keras harus tetap jalan, klo kamu nemuin talent kamu tapi g mau kerja keras dan usaha , ya…. sama aja boong. Satu yang terpenting jangan jadiin kekurangan sebagai kelemahan tapi jadiin itu sebagai kekuatan terhebat dalam diri kita.
Intinya, bakat sebesar apapun yang kamu punya tapi klo Cuma “dibiarin” aja nggak akan berarti apa2. Butuh kerja keras untuk “mengasahnya”.
Ok guys, sekarang juga cari talent yang ada didirimu dan kembangin dengan kerja keras. Karna kamu nggak berarti apa-apa klo ga tau bakat amazing dalam dirimu. Percaya dech, semua orang dianugrahi Tuhan dengan talented yang berbeda. Tinggal kita berusaha mengembangkan talented itu. So, bener khan, o “Succes itu = 1% Talented + 99 % HardWork. Once again, ”Never stop fighting for you talented!” (Ruth Lidya S, 9a)
Pengalaman MOS
BERMAIN KAPAL TENGGELAM
Liburan telah usai, waktunya untuk sekolah lagi. Kali ini aku sudah jadi murid SMP lho! Sekarang aku bersekolah di SMP Pius Cilacap, sekolah yang pernah didiami oleh kakak-kakak dan papaku. Aku bersekolah di sini, karena terkenal kedisiplinannya. Ya......biar aku tambah disiplin gitu. Nah, sebelum resmi menjadi menjadi murid SMP Pius, aku dan temanku harus menjalani kegiatan yang namanya MOS. Kalian tau MOS kan? Nah MOS atau Masa Orientasi Siswa ini adalah yang pertama buat aku.
Hari pertama masuk sekolah rasanya senang dan takut, perasaanku bercampur aduk semuanya. (hehe 10 x) Jam sudah menunjuk pukul 7. Semua teman-temanku masuk kelas dan langsung duduk. Ada guru yang datang dan masuk ke kelasku, rasanya dag... dig... dug. Gurunya memberi perkenalan dan mengabsen satu per satu. Guru-guru yang memasuki kelasku memberi penjelasan tentang tata tertib, memperkenalkan fasilitas-fasilitasnya, dan berbagai hal tentang SMP Pius.
Ketika MOS sore rasanya sih takut juga. Di sini dilakukan berlatih baris bebaris atau lebih dikenal dengan PBB dengan dibimbing oleh kakak-kakak kelas 8 dan 9, setelah PBB selesai aku dan teman-temanku disuruh membuat sesuatu yang berguna dengan memakai daun. Kelompokku membuat kipas angin. Setelah semuanya selesai, diumumkan para juaranya, dan aku tidak menang tapi tidak apa-apa, tapi senang.
Hari kedua adalah latihan upacara dan aku menjadi bagian dari koor. Setelah itu masuk kelas dan diberi penjelasan-penjelasan. Ini adalah MOS sore yang terakhir.
Setelah di latih baris-bebaris lagi, lalu menuliskan “AKU CINTA SMP PIUS CILACAP” disebuah kertas. Kata-kata itu menggunakan huruf yang ada di koran, dan akhirnya kelompokku mendapat juara harapan dua. Kemudian bermain kapal tenggelam, yaitu dengan kerja sama menyelamatkan teman yang lain supaya tidak tenggelam. Aku diangkat ke atas supaya tidak tenggelam (badanku kecil sih). Aku pun tenggelam dan ada satu temanku masih selamat, dan akhirnya kelompokku menang. Itu sangat menyenangkan, walau melelahkan.
Ada banyak pelajaran berharga yang aku dapat. Ternyata, MOS itu sangat menyenangkan.(Arfieno Jefry Krisnanda)
Gema Aktivitas
MOS PUN MENYENANGKAN
Menanamkan rasa disiplin, kerjasama, persaudaraan, dan nilai-nilai kehidupan yang lainnya tidak harus dengan pemberian teori yang muluk-muluk. Dengan permainan pun jadi. Namun, tidak sekedar permainan, harus permainan yang sarat aneka nilai yang dapat ditimba peserta. Dan, yang terpenting, permainan itu harus menyenangkan.
Itulah yang terjadi ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP Pius Cilacap, 16-18 Juli 2007 lalu. Selain diberikan materi pengenalan sekolah, cara belajar, tata tertib, tata karma, dan visi misi sekolah, peserta MOS diajak untuk mengenali dirinya dan bagaimana berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam sambutan awal MOS, Kepala SMP Pius Cilacap, Sr M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa aneka kegiatan yang diadakan di MOS sebagai pengetahuan dan pengalaman pertama untuk berkembang dan belajar di SMP Pius. “SMP Pius selalu mengharapkan bahwa siswa-siswi tidak hanya berkembang secara intelektual semata, namun harus menunjukkan kualitas hati.”, tambahnya. Lebih lanjut Sr. Athan, sapaan akrab Sr.M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa kualitas hati itu bersumber pada Hati Tuhan yang peduli, penuh belas kasih, dan penuh persahabatan. “Maka, sekolah selalu memperhatikan perkembangan siswa-siswi sampai pada sikap. Ini sesuai dengan visi sekolah, yakni Berkembang dalam Prestasi berdasarkan Spiritulitas Hati”, tegasnya.
MOS untuk adaptasi
Selain pagi hari, MOS diadakan pada sore hari. Setelah baris-berbaris, diadakan diamika kelompok untuk menimba nilai-nilai. Menurut Thomas Sutasman, pemimpin umum Gema Pius, bahwa dengan dinamika kelompok atau permainan yang bernilai akan lebih mudah dipahami siswa tanpa merasa diindoktrinasi. “Siswa dengan sendirinya senang melakukan karena menyenangkan, dan pengalaman yang didapat itu dapat direnungkan atau disharingkan kepada teman-temannya”, tambah pak Thomas.
Menurut Ibu Agnes Budi Hardiyanti, ketua panitia MOS, menandaskan bahwa setiap insane, bila memasuki lingkungan yang baru perlu adanya penyesuaian diri atau adaptasi. Lebih-lebih bagi siswa baru. “Maka program-program MOS merupakanawal pengenalan dengan lingkungan, yang terdiri dari pengenalan tempat, cara bersopan santun, tata aturan sekolah, sistem pembelajaran, kedisiplinan, kegiatan sekolah, dan tata nilai yang lain”, tambah Ibu Agnes, yang juga Pembina OSIS ini.
Untuk itu, lanjut ibu Agnes, bahwa agar adaptasi dapat berjalan cepat, siswa harus membuka diri. “Apalagi siswa-siswi kelas 7 sekarang cukup pandai dan mampu untuk menyesuaikan diri”, tuturnya. “Harapan sekolah bahwa dengan bergabungnya siswa-siswi kelas 7, sekolah semakin jaya. Maka ayo, jagalah nama baik SMP Pius dimana pun berada”, tegas ibu Agnes, yang ditemui team GP disela-sela MOS.
Sebagai Kenangan
“Awalnya takut juga, ternyata jauh dari bayanganku”, kata Arfieno Jefry Krisnanda. “Ternyata MOS menyenangkan”, lanjut Fieno.
Menurut Angela Putrihan Setyabudhy (7A), yang ditemui team GP, mengungkapkan dengan adanya MOS kami semakin lebih mengenal SMP PIUS, baik Visi, Misi, dan seluruh kegiatan yang ada di SMP PIUS ini. “Seperti isi Visi SMP PIUS, ternyata benar siswa-siswi SMP PIUS tercinta ini bukan hanya berkembang, tetapi unggul dalam prestasi dengan spiritualitas hati.”, tegas Angela. Hal itu terkesan juga pada Selly Hana Permatasari (7A), bahwa tidak hanya itu kami juga dapat mengenal bapak dan ibu guru yang pada tahun ajaran 2007/2008 yang akan mengajar kami. “Serta teman-teman baru kami yang nantinya akan bersama mencari ilmu selama 3 tahun ini”, tambah Selly.
“Wah pokoknya MOS memang masih perlu diadakan, dan harus menyenagkan”, tutur Angela dan Selly.
Diakui juga oleh gadis mungil Fiene, bahwa MOS cukup berkesan bagi saya, karena akan menjadi kenangan pada waktu saya masuk SMP Pius dan saya jadi lebih mengenal guru - guru dan kakak - kakak kelas. (Team GP)
Menanamkan rasa disiplin, kerjasama, persaudaraan, dan nilai-nilai kehidupan yang lainnya tidak harus dengan pemberian teori yang muluk-muluk. Dengan permainan pun jadi. Namun, tidak sekedar permainan, harus permainan yang sarat aneka nilai yang dapat ditimba peserta. Dan, yang terpenting, permainan itu harus menyenangkan.
Itulah yang terjadi ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP Pius Cilacap, 16-18 Juli 2007 lalu. Selain diberikan materi pengenalan sekolah, cara belajar, tata tertib, tata karma, dan visi misi sekolah, peserta MOS diajak untuk mengenali dirinya dan bagaimana berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam sambutan awal MOS, Kepala SMP Pius Cilacap, Sr M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa aneka kegiatan yang diadakan di MOS sebagai pengetahuan dan pengalaman pertama untuk berkembang dan belajar di SMP Pius. “SMP Pius selalu mengharapkan bahwa siswa-siswi tidak hanya berkembang secara intelektual semata, namun harus menunjukkan kualitas hati.”, tambahnya. Lebih lanjut Sr. Athan, sapaan akrab Sr.M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa kualitas hati itu bersumber pada Hati Tuhan yang peduli, penuh belas kasih, dan penuh persahabatan. “Maka, sekolah selalu memperhatikan perkembangan siswa-siswi sampai pada sikap. Ini sesuai dengan visi sekolah, yakni Berkembang dalam Prestasi berdasarkan Spiritulitas Hati”, tegasnya.
MOS untuk adaptasi
Selain pagi hari, MOS diadakan pada sore hari. Setelah baris-berbaris, diadakan diamika kelompok untuk menimba nilai-nilai. Menurut Thomas Sutasman, pemimpin umum Gema Pius, bahwa dengan dinamika kelompok atau permainan yang bernilai akan lebih mudah dipahami siswa tanpa merasa diindoktrinasi. “Siswa dengan sendirinya senang melakukan karena menyenangkan, dan pengalaman yang didapat itu dapat direnungkan atau disharingkan kepada teman-temannya”, tambah pak Thomas.
Menurut Ibu Agnes Budi Hardiyanti, ketua panitia MOS, menandaskan bahwa setiap insane, bila memasuki lingkungan yang baru perlu adanya penyesuaian diri atau adaptasi. Lebih-lebih bagi siswa baru. “Maka program-program MOS merupakanawal pengenalan dengan lingkungan, yang terdiri dari pengenalan tempat, cara bersopan santun, tata aturan sekolah, sistem pembelajaran, kedisiplinan, kegiatan sekolah, dan tata nilai yang lain”, tambah Ibu Agnes, yang juga Pembina OSIS ini.
Untuk itu, lanjut ibu Agnes, bahwa agar adaptasi dapat berjalan cepat, siswa harus membuka diri. “Apalagi siswa-siswi kelas 7 sekarang cukup pandai dan mampu untuk menyesuaikan diri”, tuturnya. “Harapan sekolah bahwa dengan bergabungnya siswa-siswi kelas 7, sekolah semakin jaya. Maka ayo, jagalah nama baik SMP Pius dimana pun berada”, tegas ibu Agnes, yang ditemui team GP disela-sela MOS.
Sebagai Kenangan
“Awalnya takut juga, ternyata jauh dari bayanganku”, kata Arfieno Jefry Krisnanda. “Ternyata MOS menyenangkan”, lanjut Fieno.
Menurut Angela Putrihan Setyabudhy (7A), yang ditemui team GP, mengungkapkan dengan adanya MOS kami semakin lebih mengenal SMP PIUS, baik Visi, Misi, dan seluruh kegiatan yang ada di SMP PIUS ini. “Seperti isi Visi SMP PIUS, ternyata benar siswa-siswi SMP PIUS tercinta ini bukan hanya berkembang, tetapi unggul dalam prestasi dengan spiritualitas hati.”, tegas Angela. Hal itu terkesan juga pada Selly Hana Permatasari (7A), bahwa tidak hanya itu kami juga dapat mengenal bapak dan ibu guru yang pada tahun ajaran 2007/2008 yang akan mengajar kami. “Serta teman-teman baru kami yang nantinya akan bersama mencari ilmu selama 3 tahun ini”, tambah Selly.
“Wah pokoknya MOS memang masih perlu diadakan, dan harus menyenagkan”, tutur Angela dan Selly.
Diakui juga oleh gadis mungil Fiene, bahwa MOS cukup berkesan bagi saya, karena akan menjadi kenangan pada waktu saya masuk SMP Pius dan saya jadi lebih mengenal guru - guru dan kakak - kakak kelas. (Team GP)
Langganan:
Postingan (Atom)