Matematika pun dapat Nobel, lho
Hadiah Nobel yang diberikan setiap tahun, pada bulan Oktober, sering menjadi perbincangan menarik. Hadiah Nobel diberikan di Balaikota Oslo, Norwegia. Setiap tahun, sejak tahun 1901, hadiah Nobel diberikan untuk enam kategori, yaitu di bidang sastra, fisika, kedokteran, kimia, ekonomi, dan perdamaian. Sejak dari awal, pemberian hadiah Nobel untuk kategori matematika tidak pernah ada. Matematika tidak? Tapi jangan berkecil hati. Ada hadiah seperti Nobel yang yang diberikan kepada ilmuwan matematika, yaitu Medali Fields.
Salah satu alas an mengapa tidak ada Nobel untuk matematika yang cukup populer, walau tidak ada bukti yang mendukung alasan tersebut, adalah karena cinta Alfred Nobel, sang pencetus hadiah Nobel, ditolak oleh seorang wanita karena adanya orang ketiga yaitu Gosta Mittag-Leffler, seorang ahli matematika dari Swedia. Gosta Mittag-Leffler adalah pendiri sebuah jurnal matematika yang sangat terkenal sampai saat ini yaitu Acta Mathematica (pada tahun 1882).
Namun, ada alasan yang tampaknya lebih masuk akal. Alasan yang pertama, Alfred Nobel menganggap bahwa matematika bukanlah bidang ilmu praktis yang memberikan sumbangan langsung untuk kehidupan manusia, sedangkan pemberian penghargaan Nobel ditujukan untuk mereka yang telah memberi sumbangan berharga bagi kehidupan manusia. Alasan yang kedua, Alfred Nobel, yang lahir di Stockholm, Swedia, telah mengetahui bahwa Raja Oscar II dari Swedia telah memberikan penghargaan di bidang matematika untuk ahli-ahli matematika di daratan Eropa. Beberapa ahli matematika seperti Hermite, Bertrand, Weierstrass, dan Poincare telah mendapatkan penghargaan dari Raja Oscar II. Karena alasan-alasan tersebut, Alfred Nobel diduga memutuskan untuk tidak memberikan penghargaan untuk kategori matematika. Sampai saat ini tidak diketahui alasan sebenarnya mengapa hadiah Nobel untuk kategori matematika tidak ada.
Medali Fields juga dikenal dengan nama resminya yaitu "Medali Internasional untuk Penemuan yang Luar Biasa di Bidang Matematika". Medali ini dianugerahkan setiap empat tahun sekali di setiap kongres ahli matematika se-dunia. Penganugerahan penghargaan tertinggi untuk bidang matematika ini untuk pertama kalinya diusulkan di dalam kongres ahli matematika sedunia di Toronto pada tahun 1924. Akan tetapi, baru pada tahun 1932, di dalam kongres ahli matematika sedunia di Zurich, diputuskan untuk memberikan penganugerahan medali mulai tahun 1936.
Medali Fields mengabil nama Profesor John Charles Fields (1863-1932), matematikawan Kanada, yang telah memberi dana untuk terlaksananya penganugerahan penghargaan tertinggi untuk bidang matematika ini. Sebagai penghormatan atas jasanya, maka medali ini diberi nama medali Fields. Hal itu keinginan Profesor JC Fields, medali ini hanya dianugerahkan kepada mereka yang berjasa besar di bidang matematika yang berumur kurang dari 40 tahun pada waktu penganugerahan tersebut dilakukan. Peraturan ini didasarkan pada hasrat Field, yaitu:
“… sementara perhatian kepada hasil kerjanya telah dilakukan, pada saat yang sama penghargaan ini dimaksudkan untuk mendorong pencapaian yang lebih jauh lagi bagi sang penerima dan menstimulus matematikawan lainnya untuk mencapai prestasi.”
Penganugerahan medali Fields pertama kali dilakukan di tahun 1936 di kongres ahli matematika sedunia di Oslo, Norwegia. Akan tetapi, penganugerahan medali yang kedua baru bisa terlaksana di tahun 1950 karena adanya Perang Dunia II. Selain mendapat medali berlapiskan emas yang berdiameter kira-kira 25 cm, penerima anugerah juga mendapat hadiah uang sebesar 15.000 dollar Kanada (sekitar Rp 90 juta). Medali Fields di salah satu sisi bergambar kepala Archimedes dan tertulis sebuah kalimat Transire suum pectus mundoque potiri yang berarti "melampaui kekuatan diri sendiri untuk menguasai dunia". Sedangkan di sisi yang lain terdapat tulisan Congregati ex toto orbe mathematici ob scripta insignia tribuere yang berarti "para ahli matematika berkumpul di sini dari seluruh dunia untuk memberi penghormatan atas hasil kerja yang luar biasa".
Berikut daftar para pemenang Medali Fields.
2006: Andrei Okounkov (Rusia/AS), Grigori Perelman (Rusia) (menolak penghargaan), Terence Tao (Australia), Wendelin Werner (Perancis).
2002: Laurent Lafforgue (Perancis), Vladimir Voevodsky (Rusia/AS).
1998: Richard Ewen Borcherds (Britania Raya), William Timothy Gowers (Britania Raya), Maxim Kontsevich (Rusia), Curtis T. McMullen (AS)
1994: Efim Isakovich Zelmanov (Rusia), Pierre-Louis Lions (Perancis), Jean Bourgain (Belgia), Jean-Christophe Yoccoz (Perancis)
1990: Vladimir Drinfeld (Uni Soviet), Vaughan Frederick Randal Jones (Selandia Baru), Shigefumi Mori (Jepang), Edward Witten (AS)
1986: Simon Donaldson (Britania Raya), Gerd Faltings (Jerman Barat), Michael Freedman (AS)
1982: Alain Connes (Perancis) , William Thurston (AS), Shing-Tung Yau (AS)
1978: Pierre Deligne (Belgia), Charles Fefferman (AS), Grigory Margulis (Uni Soviet), Daniel Quillen (AS)
1974: Enrico Bombieri (Italia), David Mumford (AS)
1970: Alan Baker (Britania Raya), Heisuke Hironaka (Jepang), Sergei Petrovich Novikov (Uni Soviet), John Griggs Thompson (AS/Britania Raya)
1966: Michael Atiyah (Britania Raya), Paul Joseph Cohen (AS), Alexander Grothendieck (Perancis), Stephen Smale (AS)
1962: Lars Hörmander (Swedia), John Milnor (AS)
1958: Klaus Roth (Britania Raya), René Thom (Perancis)
1954: Kunihiko Kodaira (Jepang), Jean-Pierre Serre (Perancis)
1950: Laurent Schwartz (Perancis), Atle Selberg (Norwegia)
1936: Lars Ahlfors (Finlandia), Jesse Douglas (AS)
Pada tahun 1998, kongres ahli matematika sedunia di Berlin, selain menganugerahkan medali Fields, juga memutuskan untuk menganugerahkan sebuah penghormatan khusus untuk Andrew J Wiles karena pada tahun 1993-1995 dia telah sukses membuktikan Teorema Fermat Terakhir yang telah lebih dari 300 tahun tak seorang pun mampu membuktikan kebenaran teorema tersebut.
Pada tanggal 22 Agustus 2006 pemenang Anugerah Field Medal diumumkan. Empat orang yang beruntung adalah Andrei Okounkov, seorang profesor matematika pada Universitas Princeton Amerika, Grigori Perelman, seorang matematikawan eksentrik dari Rusia, Terence Tao, profesor matematika pada Universitas California, dan Wendelin Werner, profesor matematika Universitas Paris-Sud di Orsay, Perancis.
Andrei Okounkov mendapatkan medali ini untuk kontribusinya dalam menjembatani teori representasi, teori peluang, dan geometri aljabar. Meski sulit dijelaskan, namun karya-karyanya sangat berguna dalam menyelesaikan problem-problem fisika modern, misalnya pada persoalan mekanika statistik. Dilahirkan di Moskow tahun 1969, Andrei Okounkov mendapatkan gelar doktor dari Moscow State University pada usia 26 tahun. Meski cukup muda, ia juga memiliki posisi di institusi-institusi bergengsi seperti sebagai profesor di Universitas Princeton dan Universitas California Berkeley, serta anggota Akademi Sains Rusia.
Terence Tao merupakan seorang ekspert untuk pemecahan masalah matematika. Karya-karya spektakulernya membentang luas di antara beberapa bidang matematika. Terence Tao mendapatkan penghargaan ini untuk kontribusinya pada persamaan-persamaan diferensial, kombinatorik, analisis harmonik dan teori bilangan aditif. Tao dilahirkan di Adelaide, Australia, 31 tahun yang lalu dan memperoleh gelar Doktor matematika dari Universitas Princeton pada saat ia berusia 21 tahun. Saat ini ia menjabat posisi profesor pada Universitas California di Los Angeles.
Wendelin Werner berjasa dalam mengembangkan teori evolusi Loewner stokastik, geometri dari gerak Brown dua dimensi, dan teori medan konformal. Karya-karya Wendelin merupakan interaksi paling kreatif antara bidang matematika dan fisika. Penelitian Werner menghasilkan satu kerangka kerja baru dalam memahami fenomena kritis yang muncul di fisika serta membuka pandangan geometrik baru yang selama ini tidak terpikirkan.
Yang paling menghebohkan adalah penghargaan untuk matematikawan eksentrik Grigori Perelman. Ia mendapatkan penghargaan untuk jasanya dalam bidang geometri serta pandangan revolusionernya tentang struktur geometri serta analitik dari aliran Ricci.
Pada kenyataannya, butuh tiga tahun untuk membuktikan kebenaran klaim Perelman. Bahkan, hingga detik ini, puluhan ahli matematika terkemuka masih bekerja. Dalam papernya Perelman menuliskan bahwa karyanya tidak didukung oleh dana penelitian dari instansi manapun. Ia mendanai penelitiannya dari tabungannya sendiri yang ia kumpulkan selama ia menjadi peneliti tamu di Courant Institute, SUNY di Stony Brook, serta Universitas California di Berkeley.
Beberapa koran terkenal seperti The Guardian menuliskan bahwa Perelman kemungkinan merupakan makhluk tercerdas namun tergila di planet ini. Saat berusia 16 tahun ia mendapatkan medali emas pada Olimpiade Matematika Internasional dengan nilai sempurna Uniknya, meski tidak memiliki banyak uang, Perelman menolak hadiah-hadiah uang yang dianugerahkan oleh komunitas matematika Eropa. Ia menolak dengan alasan bahwa juri yang menilai karyanya tidak cukup "qualified". Bahkan, yang lebih mengherankan lagi, ia juga menolak hadiah sebesar satu juta dolar dari Clay Mathematics Institute di Boston, Amerika! Institusi ini memang menyediakan hadiah spektakuler bagi penemu solusi-solusi problem matematika terbesar abad ini.
Belajar dari Terence Tao
Terence Tao merupakan peraih Medali Fields termuda. Ia mendeskripsikan caranya memecahkan permasalahan dalam matematika.“Saya tidak memiliki kemampuan ajaib,” ujarnya. “Saya melihat permasalahannya, dan hal itu terlihat seperti yang semua orang telah lakukan; saya pikir mungkin ide yang telah bekerja sebelumnya akan mampu bekerja disini. Ketika semuanya gagal, saya memikirkan trik kecil untuk membuatnya lebih baik, namun hal itu tetap belum bekerja dengan benar. Saya bermain dengan masalah tersebut, dan setelah beberapa saat, saya menyadari apa yang terjadi.”
Pria yang memperoleh Ph.D dari Universitas Princeton pada usia 21 tahun ini, memang sejak kecil menyukai matematika. Ketertarikannya terhadap angka sudah terlihat sejak ia berusia 2 tahun. Terence cilik mencoba mengajarkan anak-anak lainnya untuk berhitung dengan menggunakan balok. Selain dalam berhitung, Terence juga cepat menguasai bahasa dan senang menyusun kata-kata dengan menggunakan balok. “Dia mungkin belajar banyak dari ‘Sesame Street’,” ujar ayahnya, Dr. Billiy Tao, yang bermigrasi dari Hongkong ke Australia pada tahun 1972.
Ketika berusia 3,5 tahun, orangtuanya memasukan Terry, panggilan kecil untuk Terence, ke sekolah swasta. Namun 6 minggu kemudian, ia keluar dari sekolah tersebut karena belum siap, begitu pula sekolahnya yang tidak siap mengajar siswa dengan kemampuan seperti Terry. Selang1,5 tahun kemudian, Terry masuk ke sekolah umum. Di sana ia memperoleh program khusus yang disesuaikan dengan kemampuannya. Umur 7,5 tahun, pria kelahiran 17 Juli 1975 ini mulai mengikuti pelajaran matematika sekelas SMA.
Spesialisasi Profesor muda ini adalah bilangan prima, yaitu bilangan positif yang hanya bisa dibagi oleh dirinya sendiri, dan bilangan satu. Keunikan bilangan prima telah mulai diteliti oleh Euclid sekitar 300 SM. Euclid percaya bahwa terdapat tak hingga(infinite) banyaknya “twin primes“–pasangan bilangan prima dengan selisih dua, seperti 3 dengan 5, 11 dengan 13, namum ia tak bisa membuktikan conjecture(tidak bisa dibuktikan salah maupun benar) ini.
Pada tahun 2004, Terence bersama Dr. Green, matematikawan yang kini bekerja di Universitas Cambridge memecahkan masalah yang terkait dengan conjecture Twin Prime, yaitu dengan melihat perilaku selang pada deret bilangan prima.
“Saya ingin melihat lebih banyak lagi mistifikasi terhadap matematika tersingkap, sehingga lebih mudah diakses oleh publik, meski saya tidak begitu yakin bagaimana mencapai tujuan ini,” ujarnya mengenai relasi antara matematika dan publik.
Penghargaan lain
Selain medali Fields, penghargaan di bidang matematika yang gengsinya tidak kalah terlalu jauh adalah hadiah Wolf (Wolf Prize). Hadiah Wolf ini diberikan oleh Yayasan Wolf (Wolf Foundation) dari Israel. Tidak seperti medali Fields yang penganugerahannya dilakukan tiap empat tahun sekali, penganugerahan hadiah Wolf dilakukan setiap tahun. Tradisi penganugerahan hadiah Wolf telah dimulai sejak tahun 1978 dan diberikan hadiah sebesar 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1 milyar) kepada setiap pemenangnya.
Masih ada berbagai penghargaan lainnya yang diberikan untuk berbagai pencapaian di bidang matematika seperti penghargaan Leroy P Steele, Bocher Memorial Prize untuk pencapaian di bidang matematika analisis, Frank Nelson Cole untuk pencapaian di bidang aljabar dan teori bilangan, Delbert Ray Fulkerson untuk pencapaian di bidang matematika diskrit, George David Birkoff Prize untuk pencapaian di bidang matematika terapan. Penghargaan tersebut semuanya dianugerahkan oleh Asosiasi Ahli Matematika Amerika.
Hadiah yang diberikan oleh Clay Mathematics Institute dari Cambrige, Massachusetts, mungkin merupakan hadiah yang terbesar yang diberikan untuk bidang matematika, yaitu satu juta dollar AS! Di pertengahan tahun 2000, untuk memperingati pergantian abad ke-20 ke abad ke-21, Clay Mathematics Institute menyelenggarakan kontes Millennium Prize Problem. Clay Mathematics Institute telah memilih tujuh problem klasik di bidang matematika yang sampai saat ini belum ada seorang pun yang mampu menyelesaikannya. Barang siapa yang mampu menyelesaikan problem tersebut akan mendapatkan satu juta dollar AS (atau sekitar Rp 10 milyar) untuk setiap problem. Ketujuh problem klasik matematika tersebut adalah: Hipotesis Riemann, Poincare conjecture, Hodge conjecture, Swinnerton Dyer conjecture, penyelesaian dari persamaan Navier-Stokes, formulasi teori Yang-Mills, penentuan apakah NP-problem (nondeterministic polynomial time) sebenarnya merupakan P-problem (polynomial time).
Siapa berminat ? Kesempatan terbuka lebar!
Sumber :
1.Kompas, 8 Pebruari 2002
2.Kompas, 28 Agustus 2006
3.Wikipedia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.