Lapangan Jogja dari Mencangkok Tanaman sampai Apresiasi Seni
Biarpun berangkatnya terlambat hampir 2 jam lebih, karena keterlambatan teknis, namun kami bisa melaksanakan Studi lapangan 2007 dengan baik.
Tujuan awal diadakannya kegiatan ini adalah untuk mengembangkan bakat siswa dan juga agar siswa lebih mengerti tentang kebudayaan bangsa kita ini. Selain itu, agar siswa dapat memperluas pengetahuan yang selama ini hanya dapat diperoleh di kelas saja (pelajaran teori). Maka , pihak sekolah merencanakan kegiatan ini yang berlangsung pada tanggal 4 - 5 Mei 2007. Kegiatan tersebut dilangsungkan di kota Yogyakarta mengingat ada banyak kebudayaan yang dapat kita pelajari di sana.
Tempat-tempat yang di kunjungi antara lain Bursa Agro Bisnis di jalan Bantul km 1; Desa Kasongan yang bertempat di Kasihan Kabupaten Bantul; Agro Wisata Salak Pondoh bertempat di Desa Bangunkerta, Turi, Sleman; Harian Kedaulatan Rakyat yang bertempat di jalan P. Mangkubumi, Yogyakarta; dan yang terakhir melihat sendratari balet Ramayana di panggung terbuka kompleks Prambanan.
BURSA AGRO JOGJA (BAJ)
Bursa Agro Jogja adalah tujuan pertama kami di kota Jogja ini. Kami tiba di sana kurang lebih pukul 11.30 WIB. Setibanya kami di sana, kami beristirahat sejenak untuk menlepas penat kami sambil menikmati makan siang di saung-saung sekitar lokasi. Setelah itu, kami berkesempatan untuk mewawancari salah satu karyawan di sana yang bernama Bapak Agung Riyadi. Menurut penjelasannya, sejak tahun 2005 lokasi ini mulai di bangun di atas tanah seluas kurang lebih 1,8 hektar. Pembangunan ini berlangsung selama 1 tahun.
Tujuan didirikannya Bursa Agro tersebut antara lain: Menyediakan fasilitas pemasaran terpadu bagi komoditas pertanian perkotaan bernuansa rekreatifhobies; Mengembangkan fasilitas promosi dan informasi berbasis pertanian perkotaan yang bernuansa edukasi; serta Untuk mendukung oprasional Kantor Pertanian dan Kehewanan bidang pengelolaan Pasar Ikan Higienis (PIH) dan Bursa Agro Jogja (BAJ).
Ada sekitar 6 pegawai negeri yang bekerja di sana, 4 pegawai harian lepas, dan 2 pegawai kontrak. Di bawah pimpinan Ir. H. Bambang, Bursa Agro Jogja ini dapat berjalan dan digunakan sebagaimana mestinya. Pada hari itu juga, sedang diadakan pameran tanaman hias dengan tema “Bangkitlah Jogjaku, Bangkitkan Bungaku”. Dengan maksud untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei nanti.
Selain bisa mengetahui sedikit tentang tanaman dan fungsinya, kami betrkesempatan untuk praktik mencangkok tanaman yang telah tersedia di sana. Kami mencangkok tanaman kamboja putih disana. Peralatan yang digunakan antara lain: pemes kecil, tali, dan plastik. Caranya, tanaman diiris seperti huruf V dengan maksud agar pegangan lebih kuat, setelah itu batang satunya kita iris juga mengikuti bentuk penampang, ikat batang dengan tali tersebut, lalu kemudian ditutup dengan plastik.
Seselesainya kami mempraktikkan pencangkokan tersebut, lalu kami bersiap melanjutkan perjalanan kami ke Desa Kasongan.
DESA KASONGAN
Desa Kasongan adalah tujuan kedua kami setelah Bursa Agro Jogja, yang bertempat di Nggodean Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kami tiba di sana kira-kira pada pukul 14.59. Dengan didampingi oleh Ibu Kun Ernawati selaku Kepala UPT Centra Gerabah Kasongan, kami mendapat penjelasan sedikit tentang sejarah Desa Kasongan ini dan juga cara membuat gerabah. Produksi ini bekerja sama dengan PT. Gage (sekarang bernama P4TK).
Sedikit sejarah tentang adanya Desa Kasongan ini hingga saat ini dilampirkan sebagai berikut. Kyai Song adalah seorang warga yang memulai membuat kerajinan gerabah berupa cobek. Pada zaman dahulu, cobek dapat di gunakan sebagai pengganti piring. Cobek yang dibuat oleh Kyai Song hanya polos saja dan tidak ada ornamennya. Namun pada tahun 1970, Sapto Hudoyo (salah seorang seniman besar) mulai mengawali membuat kerajinan gerabah dengan menggunakan ornamen tempel. Lalu setelah itu dan hingga saat ini, warga sekitar mulai membuat kerajinan dari gerabah yang semakin bervariasi bentuknya. Dan kini, hasil kerajinan tersebut dapat diekspor ke hampir 21 negara.
Kamipun juga bisa melihat langsung bagaimana cara membuat vas bunga sekaligus juga mempraktikkannya di sana. Alat-alat yang diperlukan antara lain: verbut (meja putar) yang berfungsi untuk membuat gerabah yang bentuknya bulat, tanah lempung yang mempunyai kekenyalan khusus, air, lap, cetakkan, alat butsir, benang, kayu, dan masih banyak lagi. Setelah selesai melihat bagaimana cara membuat gerabah dengan teknik putar, maka kami lalu mencoba membuatnya. Ada yang membuat dengan teknik putar, teknik cetak, tapi ada juga yang membuat dengan membentuk secara langsung (tanpa alat). Untuk bisa menggunakan meja putar, ternyata kami harus berebut tempat terlebih dahulu, karena keterbatasan alat yang tersedia di sana.
Dengan menggunakan tempat yang bisa dibilang tidak terlalu luas dan panas itu, kami tetap mempraktikkan apa yang telah didemonstrasikan oleh salah seorang pegawai tadi. Kami mempergunakan tempat seadanya, karena Desa Kasongan termasuk salah satu tempat yang juga terkena musibah gempa pada setahun silam.
Meskipun dengan tempat yang terbatas, para siswa SMP Pius sangat antusias dalam mempraktikkan kerajinan tanah liat ini. Hasilnya pun sangat unik, meskipun para siswa belum mahir dalam membuat kerajinan tanah liat ini. Alat-alat yang digunakan pun bermacam-macan, ada yang menggunakan meja putar, cetakkan, dll. Ada pula yang membentuk dengan tangan kosong. Para siswa terlihat sangat asik dalam membuat kerajinan tanah liat ini, mereka tidak memperdulikan cuaca yang panas ataupun tubuh mereka yang berlumur tanah liat.
Seselesainya membuat gerabah tadi, kami lalu membereskan semuanya untuk melanjutkan perjalanan kami menuju penginapan. Sebelum melanjutkan perjalanan kami juga sempat melihat tempat pembakaran di kerajinan kasongan ini. Kami hanya mendapatkan waktu 2 jam saja untuk berada di sana. Dan akhirnya kami harus segera melanjutkan perjalanan kami.
WISMA SEJAHTERA, KALIURANG
Kami sampai di wisma Sejahtera sekitar pukul 18.30 WIB. Sesampainya di sana kami tidak langsung beristirahat, tapi kami harus menunggu pembagian kamar terlebih dahulu.
Setelah kamar dibagikan, kami semua segera beristirahat dan membersihkan diri. Setelah itu, kami semua makan malam bersama. Setelah makan malam, kami kembali ke kamar mesing-masing untuk beristirahat.
Pada pagi harinya, kami dibangunkan pada sekitar pukul 05.00 dan langsung pergi berjalan-jalan. Kami semua sangat menikmati keindahan pemandangan di Lokasi Wisata Kaliurang. Udaranya pon sangat sejuk, belum tercemar oleh polusi udara. Setelah selesai berjalan- jalan kami kembali ke penginapan untuk mandi dan sarapan pagi.
Setelah mandi dan sarapan pagi kami semua segera membereskan barang-barabg bawaan kami, karena kami akan langsumg melanjutkan perjalanan ke Agro Wisata Salak Pondoh.
AGRO WISATA SALAK PONDOH
Daerah yang berhawa sejuk ini bertempat di Desa Bangunkerta, Yogyakarta. Lokasi wisata yang berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 27 hektar ini telah berdiri sejak tahun 1989. lokasi ini dikelola oleh warga Desa Bangunkerta.
Di sini ada berbagai macam jenis tanaman salak pondoh antara lain: salak pondoh hitam/ black, salak pondoh super, salak pondoh gading, salak pondoh manggala, salak pondoh klinting, dan juga salak pondoh madu. Pohon salak ini ditanam, dengan jarak 2 x 2 meter dan di tanam pada awal musim hujan. Tanah yang baik digunakan adalah tanah regosol dengan daerah dingin bersuhu 400 – 900o. Cara-caranya antara lain dengan pengariran, pemupukkan (menggunakan pupuk kandang/ buatan yang diberi setiap tahun 2 kali), penyiangan, pemangkasan, serta penyerbukkan. Pengembangan buah salak ini tidak menggunakan bijinya, melainkan dengan cara penyangkokkan.
Hasil dari panen salak tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, bahkan juga minuman. Ada yang dibuat untuk keripik salak, jenang salak, ada juga yang dibuat menjadi sirup salak.
Setelah kami mendapatkan sedikit penjelasan tentang salak pondoh berikut tentang asal mula berdirinya lokasi ini, kami lalu menuju tempat penanaman salak pondoh. Kami pun boleh mengambil dan juga mencicipi salak yang langsung kami ambil dari pohonnya, kami bisa makan salak sepuasnya. Ditambah lagi dengan salak yang sangat manis dan enak, udaranya pun sangat sejuk. Kami juga menjumpai aliran air yang sangat jernih. Tapi sayang, kami tidak boleh membawanya pulang untuk oleh-oleh. Jika kami ingin membelinya, di depan pintu gerbang telah banyak yang menjual salak pondoh.
Di Agro Wisata ini juga disediakan tempat untuk memancing dan bermain. Kami juga bisa bermain bebek-bebek air, namun karena waktu yang terbatas kami tidak bisa menikmati semua fasilitas tersebut. Kami semua segera melanjutkan perjalanan kami, perlanan ini dibagi menjadi 2 tujuan. Para anggota Gema Pius dan KIR melanjutkan perjalanan ke Kedaulatan Rakyat, sedangkan para siswa yang lain melanjutkan perjalanan ke Museum Dirgantara.
HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Di hari kedua, setelah mengunjungi Agro Wisata salak pondoh kami mengunjungi harian Kedaulatan Rakyat yang bertempat di jalan P. Mangkubumi 40-42 Yogyakarta 55232. Setibanya di sana, kami lalu memasuki ruang aula di bagian atas untuk mendapat pengarahan sedikit tentang jurnalistik. Namun, karena mungkin ruangannya tertutup dan panas, akhirnya kami pindah ke ruangan seperti cafe yang berada di bawah dekat dengan kolam renang. Ibu Suci selaku Humas Redaksi, mendampingi kami dalam pengarahan tersebut.
Kedaulatan Rakyat sudah berdiri sejak 27 September 1944 yang dirintis oleh Bapak Madikin Wonohito dan Bapak Samawi. Sebelum menggunakan nama Kedaulatan Rakyat, nama harian ini adalah Sedyotomo yang terbit setiap 2 minggu sekali dan hanya terbit di pulau Jawa pada saat masih dalam masa penjajahan. Namun, karena Jepang tidak suka dengan adanya Koran tersebut, maka Koran itu dirampok oleh Jepang. Lalu kemudian berganti nama menjadi harian Sinar Matahari dan yang terakhir berganti menjadi harian Kedaulatan Rakyat . Nama Kedaulatan Rakyat diciptakan oleh Bapak Sudarisman Purwo Kusuma, dengan berdasarkan UUD’45 alinea 4 sebagai inspirasi terbentuknya nama Kedaulatan Rakyat tersebut. Tujuan dibentuknya harian Kedaulatan Rakyat adalah sebagai penyambung lidah kepada masyarakat luas. Pendiri Kedaulatan Rakyat sendiri bisa dibilang sebagai seorang tokoh dalam bentuk pena atau pahlawan pers.
Selain memproduksi harian Kedaulatan Rakyat, kantor ini juga menerbitkan Koran Minggu Pagi yang berisi tentang feature. Maksudnya adalah Koran yang berisi tentang kisah-kisah nyata yang bisa diceritakan dan kisah tersebut tidak harus up to date. Koran ini terbit setiap 1 minggu sekali. Lalu setelah itu ada juga Koran Merapi. Koran yang terbit setiap hari ini berisi tentang kriminalitas dan juga hal-hal yang mistis. Serta satu lagi Koran Kedaulatan Rakyat yang berisi tentang kompleks, budaya, ekonomi, bisnis, dan juga entertainer.
Koran yang beredar di kawasan Jawa Tengah ini dapat mencapai oplah 100.000 eksemplar. Selain kantor pusat yang berada di Yogyakarta ini, ada juga 9 kantor biro di luar Yogya yaitu: Jakarta, Purwokerto, Magelang, Solo, Klaten, Kulon Progo, dan yang terakhir Gunung Kidul. Ada 900 karyawan dan 125 wartawan yang bekerja di harian Kedaulatan Rakyat ini. Cara kerjanya yaitu dengan kinerja yang menggunakan wartawan lepas, wartawan magang, dan wartawan tetap. Kriteria wartawan tersebut antara lain; wartawan lepas: tidak terkait dengan kontrak kerja, wartawan magang: perlu pendampingan dari senior, dan yang terakhir wartawan lepas: meskipun tidak mendapatkan info apapun ia akan tetap digaji.
Kami juga mendapat pengetahuan tentang bagaimana cara menulis yang baik. Dan ternyata, cara-caranya sama seperti yang telah kami dapat dalam kegiatan Gema Pius di sekolah dan dalam seminar yang telah kami ikuti. Untuk dapat menulis dengan baik, yakni hanya dengan bermodalkan 5 W + 1 H (What, Where, Who, Why, When, How). Untuk menjadi seorang penulis, mereka mempunyai kode etnik sebagai wartawan. Sebagai contohnya bila ada warga yang menjadi bahan berita tidak ingin namanya dicantumkan dalam Koran tersebut, maka untuk mengatasinya mereka harus menyamarkan nama tersebut untuk menghormati narasumber.
Agar tetap eksis dalam pemasaran, ada kiat-kiat yang masih tetap di jalankan sampai sekarang yakni “Tetap mengembangkan berita-berita agar tetap diminati oleh pembaca”. Maka dari itu, harian Kedaulatan Rakyat hanya diterbitkan di daerah Jawa Tengah Selatan saja dan apabila daerah lain akan berlangganan juga maka harus menghubungi kantor pusat yang berada di Yogyakarta, atau di kantor-kantor cabang yang telah tersebar di 9 kota tadi.
Setelah mendapatkan penjelasan tadi kami diajak melihat-lihat kantor Redaksi Kedaulatan Rakyat yang berada tidak jauh dari tempat kami mendapatkan penjelasan tadi. Kami semua melihat para redaktur yang sedang mengetik naskah, membuat ilustrasi gambar dan masih banyak yang lainnya. Kami mendapat banyak pengetahuan dari sana. Kami semua berharap Kedaulatan Rakyat agar selalu eksis dalam pemasarannya.
HANOMAN SANG DUTA
Kami sampai di kawasan Candi Prambanan sekitar pukul 18.00. kami sempat bermain-main dahulu di sana, sembari menunggu waktu dimulainya Sendra Tari Ramayana Tersebut. Kami juga melihat para penari yang sedang berlatih.
Sekitar pukul 18.30-19.00, kami mendapat pengarahan tentang Sendra Tari ini. Kami juga di ajak menyerukan “Kami cinta budaya bangsa” dan para siswa pun sangat antusias menyerukannya. Sekitar pukul 19.00 kami makan malam, setelah selesai makan malam kami langsung mencari tempat duduk untuk menyaksikan Sendra Tari Ramayana.
Berikut adalah jalan cerita Sendra Tari Ramayana. Di Pancawati, Rama dan Sugriwa sepakat mengutus Hanoman, Hanila, Hanggada, dan Jembawan untuk menemui Shinta di Alengka. Dengan maksud untuk memberikan cincin Rama kepadanya. Dalam perjalanan, keempat prajurit kera itu bertemu dengan Dewi Sayempraba yang berusaha menghancurkan rencana mereka dengan tipu dayanya sehingga mereka menjadi buta. Sempati, seekor raja burung yang juga sedang sakit berhasil memulihkan pengelihatan mereka. Sebagai balasan atas rasa terima kasih mereka, Hanoman menyembuhkan penyakit Sempati. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Alengka.
Dalam taman Argasoka di Alengka, Shinta yang dirundung duka menangis karena teringat akan suaminya Rama. Ia merasa lebih baik mati dari pada menjadi istri Rahwana. Trijata mencoba menghibur Shinta dan berjanji akan tetap setia mendampinginya. Sementara itu, Rahwana terus saja berusaha membujuk Shinta agar mau menikah dengannya. Karena kesetiaannya pada Rama, Shinta pun selalu menolak.
Itulah situansi yang ada ketika Hanoman sampai di tempat Argasoka setelah sebelumnya mengalami berbagai rintangan. Ia menyerahkan cincin Rama kepada Shinta yang menerimanya dengan perasaan duka. Sebagai penggantinya, Shinta menyerahkan hiasan rambut sebagai tanda kesetiaannya pada Rama. Setelah menyelesaikan tugasnya, Hanoman memporak-porandakan taman itu. Namun malang, Ia lalu tertangkap oleh Indrajit yang menggunakan panah ajaibnya untuk menangkap dirinya. Lalu mereka memutuskan untuk membakar Hanoman hidup-hidup. Tetapi ternyata Hanoman tidak terbakar karena kesaktiannya. Dengan api yang masih berkobar-kobar membakar tubuhnya, Ia membakar istana Alengka.
Namun, sekitar setengah cerita berjalan, hujan turun. Tapi, cerita tetap dilanjutkan setelah hujan reda. Kami pulang ke kota Cilacap sekitar pukul 10.30 WIB. Dan sampai di kota Cilacap tercinta ini sekitar pukul 03.00 WIB.
Meskipun kita lelah mengikuti kegiatan demi kegiatan saat berada di Yogya, tapi kita bisa mendapat pengalaman baru di sana.
Semoga dengan belangsungnya kegiatan ini dapat menjadi pengalaman dan pelajaran baru bagi para siswa dan menjadi bekal di kemudian hari. Adakan kegiatan-kegiatan sejenis yang bermanfaat bagi para siswa SMP Pius seperti kegiatan study lapangan ini.
(Tim GP)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wiuch...
BalasHapuskeren abies coy...^^
i love it....!!!
school gue nich...
two thumbs up dech...!!!
_r.u.t.h_
keeeeeerrrreeeennn!!!!
BalasHapustop lach..
_dEtA_^^