Minggu, 09 September 2007

Gema Aktivitas

MOS PUN MENYENANGKAN

Menanamkan rasa disiplin, kerjasama, persaudaraan, dan nilai-nilai kehidupan yang lainnya tidak harus dengan pemberian teori yang muluk-muluk. Dengan permainan pun jadi. Namun, tidak sekedar permainan, harus permainan yang sarat aneka nilai yang dapat ditimba peserta. Dan, yang terpenting, permainan itu harus menyenangkan.
Itulah yang terjadi ketika Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMP Pius Cilacap, 16-18 Juli 2007 lalu. Selain diberikan materi pengenalan sekolah, cara belajar, tata tertib, tata karma, dan visi misi sekolah, peserta MOS diajak untuk mengenali dirinya dan bagaimana berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam sambutan awal MOS, Kepala SMP Pius Cilacap, Sr M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa aneka kegiatan yang diadakan di MOS sebagai pengetahuan dan pengalaman pertama untuk berkembang dan belajar di SMP Pius. “SMP Pius selalu mengharapkan bahwa siswa-siswi tidak hanya berkembang secara intelektual semata, namun harus menunjukkan kualitas hati.”, tambahnya. Lebih lanjut Sr. Athan, sapaan akrab Sr.M. Athanasia, PBHK, mengatakan bahwa kualitas hati itu bersumber pada Hati Tuhan yang peduli, penuh belas kasih, dan penuh persahabatan. “Maka, sekolah selalu memperhatikan perkembangan siswa-siswi sampai pada sikap. Ini sesuai dengan visi sekolah, yakni Berkembang dalam Prestasi berdasarkan Spiritulitas Hati”, tegasnya.

MOS untuk adaptasi
Selain pagi hari, MOS diadakan pada sore hari. Setelah baris-berbaris, diadakan diamika kelompok untuk menimba nilai-nilai. Menurut Thomas Sutasman, pemimpin umum Gema Pius, bahwa dengan dinamika kelompok atau permainan yang bernilai akan lebih mudah dipahami siswa tanpa merasa diindoktrinasi. “Siswa dengan sendirinya senang melakukan karena menyenangkan, dan pengalaman yang didapat itu dapat direnungkan atau disharingkan kepada teman-temannya”, tambah pak Thomas.

Menurut Ibu Agnes Budi Hardiyanti, ketua panitia MOS, menandaskan bahwa setiap insane, bila memasuki lingkungan yang baru perlu adanya penyesuaian diri atau adaptasi. Lebih-lebih bagi siswa baru. “Maka program-program MOS merupakanawal pengenalan dengan lingkungan, yang terdiri dari pengenalan tempat, cara bersopan santun, tata aturan sekolah, sistem pembelajaran, kedisiplinan, kegiatan sekolah, dan tata nilai yang lain”, tambah Ibu Agnes, yang juga Pembina OSIS ini.

Untuk itu, lanjut ibu Agnes, bahwa agar adaptasi dapat berjalan cepat, siswa harus membuka diri. “Apalagi siswa-siswi kelas 7 sekarang cukup pandai dan mampu untuk menyesuaikan diri”, tuturnya. “Harapan sekolah bahwa dengan bergabungnya siswa-siswi kelas 7, sekolah semakin jaya. Maka ayo, jagalah nama baik SMP Pius dimana pun berada”, tegas ibu Agnes, yang ditemui team GP disela-sela MOS.

Sebagai Kenangan
“Awalnya takut juga, ternyata jauh dari bayanganku”, kata Arfieno Jefry Krisnanda. “Ternyata MOS menyenangkan”, lanjut Fieno.
Menurut Angela Putrihan Setyabudhy (7A), yang ditemui team GP, mengungkapkan dengan adanya MOS kami semakin lebih mengenal SMP PIUS, baik Visi, Misi, dan seluruh kegiatan yang ada di SMP PIUS ini. “Seperti isi Visi SMP PIUS, ternyata benar siswa-siswi SMP PIUS tercinta ini bukan hanya berkembang, tetapi unggul dalam prestasi dengan spiritualitas hati.”, tegas Angela. Hal itu terkesan juga pada Selly Hana Permatasari (7A), bahwa tidak hanya itu kami juga dapat mengenal bapak dan ibu guru yang pada tahun ajaran 2007/2008 yang akan mengajar kami. “Serta teman-teman baru kami yang nantinya akan bersama mencari ilmu selama 3 tahun ini”, tambah Selly.

“Wah pokoknya MOS memang masih perlu diadakan, dan harus menyenagkan”, tutur Angela dan Selly.

Diakui juga oleh gadis mungil Fiene, bahwa MOS cukup berkesan bagi saya, karena akan menjadi kenangan pada waktu saya masuk SMP Pius dan saya jadi lebih mengenal guru - guru dan kakak - kakak kelas. (Team GP)

1 komentar:

Mohon komentar yang bisa memberikan pengembangan bagi majalah GEMA PIUS ini.